Admin

LDII dan TNI Kerja Sama dalam Menanggulangi Terorisme

Jakarta (20/1). Menindaklanjuti pertemuan Pengurus DPP LDII dengan Presiden Joko Widodo pada 8 Januari 2015 di Istana Negara, yang salah satunya membahas mengenai penanggulangan terorisme di berbagai wilayah di Indonesia. Keberadaan LDII dari Sabang sampai Merauke, mendorong Presiden JokoWidodo meminta LDII membantu TNI dalam menanggulangi terorisme dan propaganda ISIS di Indonesia.

ldii terorisPropaganda terorisme, bisa diatasi bila ormas Islam mampu memberi pencerahan dan membentengi warganya dari militansi yang sesat. Seperti aksi bom bunuh diri, membunuh sesama umat Islam, ataupun mengganggu keamanan dan ketertiban.  Untuk menguatkan komitmen pemberantasan terorisme dan deradikalisasi, pada Selasa, 20 Januari 2015, jajaran pengurus DPP LDII dan TNI melakukan pertemuan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur. Pertemuan tersebut merupakan wujud kemitraan antara TNI dan LDII. Dalam pertemuan itu membahas mengenai masalah sosial dan ekonomi. Dalam bidang sosial, Asisten Teritorial TNI, Mayjen TNI Ngakan Gede Sugiartha G, SH dan DPP LDII membahas isu-isu terkini mengenai wawasan kebangsaan. TNI mendorong agar rakyat Indonesia memiliki cara pandang terhadap diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah yang dilandasi Pancasila,Undang-Undang Dasar  1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut  Mayjen TNI Ngakan Gede Sugiartha, wawasan kebangsaan beperan penting dalam menanggulangi terorisme yang ada di Indonesia, terutama agama dan budaya. “Ideologi Pancasila dapat menyatukan perbedaan baik budaya dan agama,” ujarnya. Menurutnya salah satu faktor warga Indonesia mudah terpengaruh doktrin menjadi teroris adalah kemiskinan. Kemiskinan adalah awal masuknya ideologi teroris. Iman dan pemahaman agama yang kuat dapat menanggulangi masalah terorisme.

Mayjen TNI Ngakan Gede Sugiartha juga mendorong pemuda-pemudi baik LDII, NU, Muhamadiyah, dan ormas lainnya untuk mengantisispasi keberadaan teroris di Indonesia. Teroris tidak bisa dilawan dengan hanya menghukum mati atau dengan cara kekerasan. Memerangi teroris yang paling efektif melalui agama dan budaya. Dengan kepahaman agama dan budaya yang kuat terorisme dapat dihapuskan.

Dalam pertemuan tersebut Ketua DPP LDII Ir. H. Chriswanto Santoso, M.Sc. mengatakan LDII sudah berperan aktif dalam mencegah terorisme dan propaganda ISIS, dengan menggelar lokakarya wawasan kebangsaan di Maluku, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Selatan. Itulah salah satu wujud LDII berperan dalam membangun NKRI di bidang sosial. Dalam pertemuan tersebut juga dibahas mengenai Internet Sehatdan Media Literasi.  Pada kesempatan itu Ketua DPP LDII Bidang Komunikasi, Informasi, dan Media Massa, Drs. H. M. Hidayat Nahwi Rasul mengajak anak muda dapat memanfaatkan internet dengan baik. LDII telah melakukan Gerakan Interner Sehat dengan bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi, mengajarkan anak muda membuat blog atau situs, dan mengisinya dengan berbagai hal yang bermanfaat. Harapannya, dengan adanya blog atau konten yang positif dapat mengimbangi informasi yang buruk yang ada di internet.

SEPAKAT LDII dan tniTNI dan LDII menyepakati kerja sama dalam bidang sosial dan ekonomi, dan dalam waktu dekat ini akan melakukan pertemuan untuk membentuk tim kecil yang bertujuan untuk merumuskan poin-poin, yang akan ditandatangani dalam nota kesepahaman. Poin-poin yang terdapat di dalamnya mengenai kerja sama di bidang social, yang meliputi penanggulangan terorisme dan ISIS dan lokakarya wawasan kebangsaan. Sementara di bidang ekonomi dengan  membantu usaha kecil menengah. (Riyan/LINES)

Sambut MEA 2015, LDII Helat Rapat Kerja

Bogor (17/1). Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 telah di depan mata. Namun kesiapan bangsa Indonesia tak juga nyata, terutama dalam persoalan SDM dan penguatan ekonomi syariah. Untuk itu LDII menggelar Rapat Kerja Prioritas dengan tema “Rapat Program Kerja Prioritas LDII dalam Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015” pada 17-18 Januari 2015, di Cisarua, Bogor, Jawa Barat,  untuk menajamkan Rencana Strategis yang telah disusun dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) pada 2014 silam.

Dalam raker tersebut LDII fokus pada lima klasters di antaranya penguatan SDM, religiusitas, ekonomi syariah, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan industri kreatif, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kelima bidang ini diharapkan dapat membantu pemerintah untuk menyiapkan umat Islam dalam menghadapi MEA 2015, “Menghadapi MEA, kami melihat bangsa ini hanya bisa memenangi persaingan dengan memiliki nasionalisme yang kuat dan mencintai produk dalam negeri, serta terus berinovasi,” ujar Ketua Umum DPP LDII, Prof Dr KH Abdullah Syam, M.Sc saat pembukaan raker.

ketum ldiiAbdullah Syam juga menyatakan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi MEA 2015, akibat terlalu fokus kepada persoalan demokrasi politik, yang beriplikasi besar kepada model pembangunan yang tidak berkelanjutan, atau selalu berorientasi kepada pembangunan jangka pendek. “Sejak reformasi, bangsa Indonesia melaju tanpa Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), akibatnya bangsa Indonesia tak memiliki basis yang kuat untuk menghadapi MEA, jumlah penduduk yang besar dan kekayaan alam yang melimpah hanya membuat Indonesia sebagai pasar, bukan pemain sebenarnya,” ujar Abdullah Syam.

Konsekuensi dari sistem demokrasi yang liberal menghasilkan liberalisasi di bidang politik dan ekonomi, yang menelan biaya yang tinggi. Bahkan beberapa peraturan yang terlampau liberal mengakibatkan pasar Indonesia terlampau terbuka. Di sisi lain, pelaku ekonomi nasional belum siap untuk berkompetisi secara terbuka.

PrasetyoMenurut Ketua DPP LDII, Prasetyo Soenaryo, ada beberapa permasalahan mendasar bagi bangsa Indonesia mulai dari tingkat filosofis, strategis, maupun teknis. Permasalahan filosofis adalah mulai tercerabutnya identitas dan ideologi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. “Akibat permasalahan ini, banyak masalah strategis seperti peraturan perundangan yang tidak selaras dengan ideologi dan konstitusi bangsa. Selanjutnya dalam aspek teknis, perundangan yang liberal ini membuat ekonomi Indonesia sangat bergantung pada impor baik pangan maupun energi,” ujar Prasetyo Soenaryo. Surutnya karakter bangsa ini membawa dampak ekonomi yang besar, yang salah satunya berakibat kepada kampanye “Aku Cinta Produk Indonesia” kurang berhasil.

Sementara itu kekuatan ekonomi bangsa yang bersumber kepada jumlah penduduk, kekayaan alam, dan energi tak dapat dimanfaatkan dengan baik karena SDM Indonesia masih lemah, dari aspek softskills dan hardskills. Aspek softskills berkaitan dengan jati dirinya sebagai bangsa mulai hilang, sementara kelemahan hardskills ditunjukkan dengan lemahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. “MEA 2015 ini bisa menjadi momentum bangsa Indonesia untuk melakukan pembenahan dari berbagai aspek yang dihadapi bangsa Indonesia,” tegas Prasetyo Soenaryo.

Dengan latar belakang masalah tersebut, LDII menggelar rapat kerja program prioritas, untuk mendapatkan solusi atas isu-isu strategis yang mempengaruhi eksistensi organisasi LDII. Tujuan lainnya adalah menghasilkan progra kerja yang kontekstual dan terencana, serta mengelola implementasi rencana program kerja DPP LDII pada 2015. Hasil program kerja LDII 2015, selanjutnya menjadi acuan bagi semua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) LDII untuk menyusun dan menyesuaikan, atau mereplikasi program-program yang ada sesuai kebutuhan. (Ludhy/Riyan/LINES)
source:ldii.co.id

Ulama dan Tokoh Agama Kabupaten Bima Kunjungi Ponpes LDII Wali Barokah

Sabtu (31/01), Ulama dan tokoh agama kabupaten Bima, NTB mengunjungi pondok pesantren (Ponpes) LDII Wali barokah, Kediri. Kehadiran rombongan Ulama yang dipimpin kepala kantor kementerian agama Kabupaten Bima Drs. H. M. Saleh Karim disambut hangat oleh Ketua Ponpes Wali barokah KH. Soenarto, M, Si dan didampingi jajarannya.

jalan-jalan dimesjid ldiiPada kesempatan kali ini KH. Soenarto mengajak para rombongan kabupaten Bima mengelilingi di sekitar ponpes Wali Barokah. Melihat kemegahan dan segala aktifitas kegiatan di dalam Ponpes Wali Barokah H. Saleh Karim. Ia memuji suasana pondok yang riuh dengan  aktifitas santri-santrinya yang begitu tertib dan disiplin. Dari hal terkecil, sandal santri yang tertata rapi di latar masjid, santri berjalan dengan tertib, pakaian santri yang rapi sesuai syariat dan lingkungan yang bersih.

Setelah berkeliling Ponpes Wali Barokah, para rombongan mengunjungi perpustakaan Majelis Taujih Wal Irsyad yang selama ini sebagai tempat rujukan dan kajian para Ulama LDII lengkap dengan Al Hadits Kutubus sittah dan hadits besar lainnya. Di perpustakaan Majelis Taujih Wal Irsyad, Syeikh Abdul Aziz Ridwan memaparkan kurikulum dan manajemen pembinaan ponpes Wali Barokah di hadapan para rombongan.

perpustakaan ldiiSyeikh Abdul Aziz Ridwan di dalam pemaparannya mengatakan, dasar kurikulum Ponpes Wali Barokah adalah mencetak para dai pemula sebanyak-banyaknya. Agama Islam di zaman sekarang terus dihujani kultur negara Barat. Generasi muda lebih mengidolakan artis-artis negara Barat dibanding para Nabi. Tidak hanya itu mereka berusaha merusak Islam dengan cara beradu argumen (perang urat syaraf) lewat opini maupun tulisan yang tersebar di media online. Apalagi mereka penguasa di bidang teknologi dan informasi.

“ini artinya kondisi agama Islam dalam keadaan genting.  Ini yang harus kami benahi  yang sifatnya segera, artinya tidak bisa ditunda lagi untuk masyarakat awam. Kami membentuk para dai dengan mengajari mereka tentang basis Islam. Mencetak dai pemula cukup dua tahun tanpa harus menunggu puluhan tahun. Kalau ditunda, ibarat sebuah perahu yang akan tenggelam,” tutur Syeikh Abdul Aziz Ridwan.

Gagasan inilah yang menjadi acuan dasar kurikulum Ponpes Wali Barokah. Sebelum menjadi santri ponpes Wali Barokah, para santri menjalani tes. Tes pertama, para santri mengikuti pembelajaran etika seorang murid. Mereka harus dibersihkan dari sifat jelek sehingga hati mereka bersih. Kalau hati mereka bersih maka di dalam perilakunya berhias sifat yang baik-baik. Ibarat orang yang akan melaksanakan ibadah salat maka harus dibersihkan dulu dengan berwudu. Begitu juga didalam mencari ilmu, sebelum menerima ilmu mereka harus bersih hatinya.

Tes Kedua, Pembelajaran ilmu pegon (menulis arab melayu). Mencari ilmu itu tidak cukup hanya di hafalkan namun harus ditulis, sehingga kalau nanti mereka lupa ilmunya bisa dibuka lagi catatan tulisannya.  Kemudian dites kemampuan baca Alquran dengan fasih dan sesuai dengan makhrad tajwidnya.

Kurikulum Ponpes Wali Barokah terbagi empat kelas tahapan. Pertama,  Kelas Lambatan, para santri didikte agar bisa memaknai (menulis) dan memahami ilmu  Alquran dan Alhadits himpunan. Kelas lambatan dilaksanakan selama enam bulan dan mereka menerima ilmu secara runut tanpa dikurangi dan tidak melebar sehingga para santri bisa memahami.

Kedua, Kelas Cepatan, setelah santri lulus di kelas lambatan santri mengikuti tahapan berikutnya yakni kelas cepatan. Materi kelas cepatan tetap sama yakni makna Alquran namun penerapannya berbeda karena membahas masalah hukum-hukum muamalah, ibadah, ahli waris dan yang lain-lain. Untuk kelas cepatan ini para santri harus mengikuti selama satu tahun.

Ketiga, Kelas Tambahan. Di kelas tambahan para santri dilatih menjadi dai yang berkarakter dan mampu memanajemen masalah perekonomian selama tiga bulan. Para santri juga dibekali wawasan kebangsaan  sehingga tidak meninggalkan budaya tanah air dan terhindar dari sikap radikal. “Kami bisa contohkan penyebaran Islam yang berada di negara Eropa. Penyebaran mereka sangat cepat tapi hilangnya juga cepat, bisa kita lihat banyak masjid-masjid di sana sekarang dijadikan museum. Yang mereka lakukan hanya ngebom sana ngebom sini, mereka berdakwah dengan cara kekerasan,” ungkap Syeikh Abdul Aziz Ridwan.   

Keempat, Kelas Ujian. para santri selama empat bulan akan menjalani masa ujian dan tes yang selama ini mereka mendapatkan ilmu di ponpes Wali Barokah. Tidak hanya di uji saja akan tetapi mereka juga dilatih kemandiriannya sehingga mereka bisa tampil secara matang di dalam masyarakat.

Setelah mereka lulus dengan runtutan tahapan kelas tersebut, mereka akan ditugaskan dan dikirim di seluruh penjuru tanah air. Mereka akan ditugaskan minimal selama satu  tahun.  Dan setiap bulannya Ponpes Wali Barokah meluluskan dai antara 400-500 orang yang akan disebar di seluruh penjuru tanah air, untuk menyebarkan dasar ilmu agama Islam.

kurikulum ponpes ldii

Setelah menyimak paparan kurikulum ponpes Wali Barokah, Kasubag Kesra Agama dan Kebudayaan Kabupaten Bima Syahrul Achmad, S. Ag, M. Hum terkagum-kagum. Menurutnya, apa yang dipaparkan pengurus Ponpes Wali Barokah yang diajarkan santrinya selama dua tahun ini sama seperti materi kuliahnya S1 selama empat tahun di salah satu Universitas di Makassar. Yang berbeda, Selama empat tahun kami tidak mendapatkan ilmu dasar-dasar agama Islam.

“Kami (para rombongan) di sini melihat secara nyata, ternyata informasi tentang LDII yang katanya sesat ternyata tidak sama seperti yang saya terima. Jauh sekali fitnah-fitnah yang diterima LDII selama ini. Saya kira itu ada kepentingan lain didalam fitnah tersebut,” ungkap Syahrul Achmad.

Hal serupa juga diungkapkan Ulama kabupaten Bima sekaligus ketua pimpinan Ponpes Al-Husainy Drs. H. Ramli Ahmad, M. AP. Menurutnya setelah mengamati kegiatan santri-santri dan manajemen Ponpes Wali Barokah rasanya menemukan suatu kebenaran yang selama ini dicarinya. “Setelah mengelilingi Ponpes Wali Barokah, saya tidak menemukan fitnah-fitnah atau statement negatif tentang LDII sampai saat ini, detik ini. LDII sesatnya dimana? Bahkan saya setelah masuk di perpustakaan Majelis Taujih Wal Irsyad semua rujukan Hadits Khutubussittah sudah jelas semua. Seharusnya saya belajar disini,” ungkap H. Ramli Ahmad.

Ketika masuk kedalam masjid, lanjut H. Ramli Ahmad, terkejut saat mau melaksanakan salat Dzuhur melihat ribuan santri duduk dengan tertib sambil membaca Alquran (seperti suara lebah) menunggu iqomah  berkumandang. “Saya rasanya berada di tengah-tengah para Malaikat,” ungkap H. Ramli Ahmad.

Sebelum meninggalkan Ponpes Wali Barokah, Drs. H. Saleh Karim berpesan bahwa oleh-oleh dari Ponpes Wali Barokah akan kami bawa pulang dan kami sampaikan ke masyarakat Bima untuk mengklarifikasi ini semua tentang LDII.  (Sofyan Gani)

Rombongan Ulama dan Tokoh Masyarakat Bima :

Drs. H. M. Saleh Karim (Kepala Kantor Kemenag Kab. Bima); Syahrul Achmad, S. Ag, M. (Kasubag Kesra Agama dan Kebudayaan Kab. Bima); Drs. H. Ramli Ahmad, M. AP. (Ulama dan Ketua Pimpinan Ponpes Al-Husainy Kab. Bima); Syech Fathurrahman, S. Ag., MH. (Sekretaris FKUB Kab. Bima); Drs. H. Bahnan (Sekretaris MUI Kab. Bima); Drs. Mahmud, SH. (Ulama dan Tokoh Agama Kab. Bima); Ustad Muhdar (Ulama dan Tokoh Agama Kab. Bima); Landa Abdullah (Pimpinan Ponpes dan Tokoh Agama Kab. Bima); Sutarman, SE (Ulama dan Tokoh Agama Kab. Bima); H. Abdul Salam (Ulama dan Tokoh Agama Kab. Bima).

source:ldii.co.id

Perkemahan ala Mandiri Terampil (Mantap) 2015

Pramuka LDII menggelar perkemahan saat tahun baru. Selain untuk mencegah pemuda-pemudi berhura-hura dan jauh dari nilai-nilai Islam, acara ini bertujuan untuk mendidik para remaja agar memiliki akhlak yang luhur, memiliki kepahaman agama yang kuat, dan mandiri.

IMG_9913
“Lu lu, gue gue, saling perhatiannya gak ada. Itu bukan sifat umat Islam dan Pramuka,” itu yang dikatakan Majelis Pembina Gugus Depan (Mabigus) 0283/0284 Pangkalan Sultan Agung, Kota Bekasi, Ir. H. Arief Wahyudi, M.M, saat membuka nasehat pada Perkemah Mantap 2015. Menurutnya, Pramuka sebagai wadah unik yang mengajarkan untuk bertahan hidup dan membentuk karakter dengan berbagai permainan. Mereka dibentuk karakternya agar memiliki empati terhadap sesama manusia. “Pramuka ini unik, Saya lihat melalui kegiatannya, mereka dilatih untuk rukun, kompak, kerja sama yang baik kemudian mereka dilatih supaya mempunyai empati kepada yang lain.”

Dengan tema Mantap (Mandiri dan Terampil), acara Kemah Besar Sako Sekawan Persada Nusantara Cabang Kota Bekasi Gugus Depan 0283/0284 Pangkalan Sultan Agung dihadiri Kakak Kwartir Ranting Kota Bekasi mengisi pergantian tahun di Stadion Muda Jaya, Bekasi. Sebanyak 230 Penggalang dari sembilan Sanggar Madya dilatih untuk bertahan hidup semalam, melalui teknik kepramukaan dan permainan-permainan yang membuat para penggalang tetap senang.

jokam keren mandiriPara penggalang dilatih untuk bisa memasak, bangun pagi dan berolahraga, budaya antri ketika menunggu mandi, dan kemudian bermain permainan ketangkasan dan kekompakkan. Kakak-kakak Pembina mengajak para penggalang bermain lomba makan kerupuk secara beregu. Di mana penggalang harus secara bergantian menghabiskan kerupuk yang dapat melatih rasa berbagi dan tolong-menolong pada sesame anggota regu. Kemudian para penggalang diajak untuk membawa segelas air dengan tali secara bersama-sama. Ini dilakukan untuk melatih kekompakkan dan sikap kepemimpinan dalam dinamika regu. Kakak Pembina Gudep Sultan Agung, M. Syukur Asjari berharap penggalang memiliki kemandirian dan saling kenal antara para penggalang melalui pembuatan regu acak. “Kami latih mereka untuk memasak dan untuk membangun kebersamaan agar mereka bisa mengenal satu sama lain,” ujar M. Syukur.

Para penggalang di usia belia masih banyak yang bergantung kepada orangtuanya. Dengan perkemahan ini, para kakak pembina berharap saat kembali kepada orangtua mereka, terdapat perubahan. Untuk itu dalam kepramukaan mereka dilatih untuk memiliki sikap dan mental mandiri. “Paling tidak, umpama kemandirian yang sebenarnya belum tercapai, belum terlaksana, sikap mandirinya sudah didapat dari pramuka,” ujar Arief menjelaskan. Selain itu menurut Arief, pramuka harus selalu riang gembira bagaimanapun keadaanya. Salah satu caranya, dengan membuat permainan untuk menciptakan kondisi riang, sesuai dengan lagunya di sini senang dan di sana senang, untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan inovatif dan kreatif. Salah satu contohnya adalah kegiatan kemandirian seperti pembuatan bir pletok — minuman dari gula merah dan jahe, biasa dicampur es — khas bekasi dan pelatihan-pelatihan lainnya sudah dilaksanakan di Sakocab SPN Kota Bekasi.

pramuka ldii, generus lemkariArief mengharapkan pembinaan melalui kepramukaan dapat terus berlanjut dan berkesinambungan. Dari hampir 3000 generasi penerus yang ada di Sakocab SPN Kota Bekasi, sebagian mereka bergantian dan bertahap dibina melalui kegiatan kepramukaan dari tahun ke tahun secara berkesinambungan. “Maka regenerasi akan kami lakukan dari tahun ke tahun.”  Pramuka, sejak usia belia sudah dilatih sikap dan mental untuk bisa mandiri dan berempati, jadi tidak hanya mandiri untuk dirinya sendiri, tetapi juga dapat membantu lingkungan di sekitarnya. (Reza/Lines)

source:ldii.or.id

Presiden Joko Widodo Dukung LDII Bangun SDM dan Ekonomi Syariah

Jakarta (8/1). Jajaran pengurus DPP LDII menemui Presiden Joko Widodo di istana negara pada Kamis (8/1). Dalam pertemuan tersebut Joko Widodo mendukung program kerja LDII yang ingin membangun SDM yang profesional religius dan penguatan ekonomi kerakyatan.

Pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan DPP LDII merupakan wujud kemitraan antara ormas dengan pemerintah dalam konsep masyarakat madani. Dalam pola ini, ormas dan ormas Islam di Indonesia, membantu berbagai program pemerintah yang tak dapat menjangkau seluruh masyarakat Indonesia. Hal yang tak dapat dijangkau pemerintah itulah yang diisi oleh ormas, semisal dalam pendidikan, pembentukan karakter bangsa, kesehatan, ekonomi, dan berbagai bidang lainnya.

Dalam pertemuan itu, Presiden Joko Widodo menyampaikan beberapa hal terkait apa yang sudah dilakukan DPP LDII, antara lain mengenai ICT, SDM profesional religius, deradikalisasi, pembentukan karakter bangsa, dan lembaga keuangan syariah. Presiden Joko Widodo mengakui negara-negara tetangga khawatir terhadap kemampuan SDM Indonesia. “Mereka khawatir bila bangsa Indonesia menguasai pasar negara lain di Asia. Contohnya saja, saat ini pengusaha Indonesia sukses mendirikan peternakan di Myanmar,” ujar Joko Widodo.

Menurut presiden yang akrab disapa Jokowi ini, apa yang telah dilakukan oleh LDII akan memperkuat posisi bangsa Indonesia, di tengah dinamika politik dan ekonomi global. Bila bangsa Indonesia makmur, karakternya kuat, dan religius, maka negara Indonesia pun menjadi kuat. Inilah yang membuat bangsa Indonesia ditakuti oleh bangsa lain. Apalagi Indonesia akan menyambut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), di mana perputaran barang dan jasa dikurangi hambatannya oleh masing-masing anggotanya. Tentunya pemerintah membutuhkan bantuan seluruh elemen masyarakat, termasuk LDII, untuk meningkatkan daya saing dan kualitas SDM.

Presiden Joko Widodo juga senang LDII berperan aktif dalam deradikalisasi umat Islam. LDII telah bekerja sama dengan PBNU, melakukan dakwah yang menyejukkan dan menolak radikalisme. Dalam pelatihan juru dakwah, LDII bekerja sama dengan MUI, PBNU, dan universitas Islam lainnya untuk menyajikan dakwah yang penuh toleransi, agar kehidupan beragama masyarakat kian kondusif. Dengan demikian bibit radikalisme sulit tumbuh, sebagaimana ISIS di Timur Tengah.

Terkait fenomena Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), ideologi Islam radikal tidak sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia yang majemuk. Meskipun mayoritas penduduk Indonesia adalah Islam, namun Indonesia bukan negara Islam. “Indonesia juga diajak oleh negara-negara Islam lainnya untuk memerangi ISIS, tapi konstitusi negara kita melarang Indonesia ikut ambil perrang di negara lain,” ujar Joko Widodo. Indonesia selalu mendukung dan berperan aktif dalam perdamaian dunia, sebagaimana amanat pembukaan UUD 1945.

Sementara itu, di bidang Information Communication Technology (ICT), Presiden Joko Widodo mendukung langkah LDII yang telah memulai Gerakan Internet Sehat (GIS) sejak 2008. GIS LDII bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi, yang dikerjakan oleh LDII mulai tingkat nasional hingga tingkat kabupaten/kota. Gerakan ini menurut Joko Widodo mampu menyelamatkan akhlak bangsa, dari pornografi. Mencegah industri pornografi hanya bisa dilakukan dengan dakwah dan gerakan penggunaan internet secara sehat. “Saya hanya menyayangkan, situs-situs besar milik bangsa Indonesia malah dibeli investor asing, sehingga situs atau toko online itu seperti kehilangan nasionalismenya,” ujar Joko Widodo.

Joko Widodo dalam kesempatan itu mendukung program kerja LDII, dan mempersilakan bekerja sama dengan kementerian Kabinet Kerja, sesuai dengan bidangnya. Ia menekankan juga kerja sama antar ormas Islam dan pemerintah merupakan penguatan demokrasi, “Islam dan demokrasi di Indonesia menjadi role model negara-negara dunia. Dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia, namun mampu menjalan demokrasi,” papar Joko Widodo.

Presiden Joko Widodo pada akhir pertemuan itu menyanggupi permintaan DPP LDII untuk hadir dalam seminar lembaga keuangan ekonomi syariah, dalam penguatan ekonomi syariah. Ia mendukung gerakan ekonomi syariah, karena sistem ekonomi syariah adalah bentuk hubungan ekonomi yang paling adil dibanding sistem ekonomi lainnya, baik untuk usaha maupun perdagangan.

Sementara itu usai bertemu dengan presiden, Ketua Umum DPP LDII Prof Dr KH Abdullah Syam, M.Sc menyatakan pembicaraan dengan Presiden Jokowi terfokus pada persoalan sumber daya manusia (SDM). “Baik melalui pendidikan formal maupun nonformal, diklat-diklat. Dan itu dikerjasamakan tidak hanya LDII sendiri, tapi dengan ormas Islam lainnya, dan dengan instansi pemerintah terkait,” kata Abdullah.

Dia mencontohkan soal internet sehat. LDII bekerja sama dengan Kementerian Kominfo untuk membangun masyarakat yang menggunakan internet secara sehat. “Itu salah satu bagian dari peningkatan kualitas SDM,” katanya. Kedua, lanjut dia, dibicarakan juga dalam menghadapi masyarakat ekonomi Asean (MEA) 2015. Dia mengaku, LDII sudah menyiapkan SDM untuk bisa bertahan dalam MEA itu. “Tentang itu kita persiapkan ke arah sana tapi bangun dulu persepsi. Misalnya melalui seminar, tingkat Asean,” katanya.

LDII juga kata Abdullah, meminta Presiden Jokowi untuk membuka seminar soal ekonomi syariah pada September nanti.  Abdullah mengaku, ekonomi syariah ini bukan saja masalah Islam. Dia mengaku sudah bertemu dengan tokoh-tokoh agama lain, yang juga menyatakan bahwa konsep syariah ini yang adil karena menguntungkan semuanya. Dia mengatakan, seminar itu terkait penguatan ekonomi syariah. “Karena hal ini juga dilaporkan pada bapak presiden, masalah ekonomi syariah bukan atribut Islam. Tapi atribut semua agama,” katanya. (Eko/Ied/Riyan/LINES)