Anas Y. Karnain

Wakil Ketua DPW LDII Prov. Sulteng

ANDA DILARANG MEROKOK

LDII Sulawesi Tengah – Dalam suatu urusan di sebuah rumah sakit umum, saya menjumpai orang-orang duduk di bangku koridor, merokok. Melangkah agak ke dalam, di samping ruang bersalin, beberapa orang berjalan sambil mengepulkan asap rokok. Penjual pisang, kacang sangrai, sampai nasi kuning juga merokok. Yang terakhir ini di dominasi wanita yang secara fisik sudah berumur. Meskipun pesan “Dilarang Merokok” dan sejenisnya terpampang di berbagai tempat, tetap saja hal itu dilanggar.

no rokok
Peringatan larangan merokok (sumber : Google)

Ketika saya tanyakan kepada salah seorang perawat, katanya :

“Sebenarnya dilarang, Pak. Saat ditegur, mereka berhenti. Akan tetapi, setelah ditinggal pergi, mereka mulai lagi.”

Beda lagi dengan rumah sakit yang lain. Karena sudah saya anggap keterlaluan, saya lapor ke kepala ruangan. “Bu, ada yang merokok di sal anak-anak.” Sembari begitu, saya memandangi mereka dan menunggunya bergerak. Salah seorang perawat berdiri dan setengah ragu-ragu berjalan menuju ke sal tersebut.

ngerokok
Perokok di kawasan rumah sakit. (Sumber : Google)

Kasus ketiga, saat itu saya sedang menunggu pesanan di sebuah toko komputer kecil ber-AC. Seseorang keluar dari ruang samping dan duduk di sebelah saya. Usianya sekitar 25-an. Setelah merasa nyaman bersandar, dia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebungkus rokok. Tanpa peduli sopan santun, dia mengepulkan asap dalam ruang berpendingin itu. Asap apeknya menyodok hidung. Saya mengibas-kibaskan tangan mengusir asap, sekaligus memberi tanda bahwa saya terganggu.

Ketika urusan selesai, saya katakan kepada pemilik toko,”Mas, biasanya, merokok di ruang ber-AC, dilarang, kan?” “Dia ini buta huruf, Pak. Sudah jelas ada tulisan “Dilarang Merokok”….,” jawab pemiliknya.

“Dia ini buta huruf, Pak. Sudah jelas ada tulisan “Dilarang Merokok”….,” jawab pemiliknya.

Nah, masalahnya sama. Semua tempat di atas melarang orang merokok di lokasinya, tetapi tidak ada yang berani dengan tegas menegakkannya. Akibatnya, orang lain menjadi korban.
Berkaitan dengan gangguan kesehatan, semua yakin merokok itu merugikan. Akan tetapi, ketika masuk ke area uang, masalahnya menjadi amat rumit.

Perokok anak, korban baru. (Sumber : Google)

Rokok, bagi negara kita menyimpan sebuah kisah bagai buah simalakama. Dimakan mati ayah, tidak dimakan mati ibu. Betapa tidak. Industri rokok telah menyerap ratusan ribu tenaga kerja. Ini belum dihitung petani tembakau, buruh tani, penjual pupuk, penjual saprotan (sarana produksi pertanian), perusahaan angkutan, penjual bensin, penjual rokok pinggir jalan, dan tengah jalan (di bus-bus umum), serta penjual obat sesak napas akibat rokok. Lebih besar lagi adalah pendapatan negara dari cukai tembakau yang konon mencapai angka 55 triliun. Wow!.

Lebih besar lagi adalah pendapatan negara dari cukai tembakau yang konon mencapai angka 55 triliun. Wow!.

Namun, jangan tergesa bangga dengan itu. Dampak rokok juga melampirkan berita buruk yang tak kalah hebat. Dia adalah gerbang kearah kerusakan yang lebih besar, narkoba. Seorang pecandu narkoba, umumnya, mengawalinya dengan merokok. Kedua, tidak ada satu pihakpun yang menyatakan menghisap rokok itu baik. Perokok identik dengan sesak napas, batuk-batuk, hingga kanker paru-paru dan saluran pernapasan. Juga penyakit kronis lainnya seperti impotensi, gangguan jantung, gangguan kehamilan dan janin seperti yang mereka peringatkan dalam iklannya.

Peringatan bahaya merokok. (Sumber : Google)

Selain merusak dirinya sendiri, orang yang mengisap asap buangannya pun terkena imbasnya. Sebuah lembaga penelitian melaporkan bahwa setiap tahun ada sekitar 28.000 orang menjadi korban sebagai perokok pasif. Negara kehilangan sekitar 400 ribu tenaga kerja akibat rokok, termasuk yang pasif di atas. Belum lagi kerugian ekonomi akibat rokok untuk mensubsidi biaya kesehatan, santunan, polusi, dan seterusnya. Angkanya mencapai 225 triliun pertahun. Itu belum termasuk yang melanjutkannya ke narkoba.

BAGAIMANA DENGAN LDII ?
Bagi warga LDII, termasuk yang di Sulteng, merokok itu dilarang. Muasalnya bukan menghitung detil seperti di atas. Alasannya sederhana. Merokok itu tidak bermanfaat, memboroskan sesuatu untuk hal sia-sia, dan merusak kesehatan. Oleh karena tindakan yang tidak bermanfaat itu berarti mubadzir dan yang merusak itu pasti tidak baik, maka, dilaranglah itu merokok.
LDII merupakan ormas yang salah satu tugasnya adalah membina umat. Membina agar mampu menjalani hidup positif, sehat, dan bermartabat sesuai kaidah Agama Islam. Realitanya, alhamdulillah, dalam membina ini sudah amat sangat banyak yang berhasil hingga mendatangkan maslahat bagi masyarakat. Akan tetapi, di sisi lain, diduga, tidak diketahui pasti, ada beberapa yang pencapaiannya baru setinggi mata kaki. Masih seperti ditahapan awal meski sudah dibina bertahun-tahun. Wujudnya, salah satunya adalah tidak mengindahkan larangan merokok. Tentu saja dengan cara sembunyi-sembunyi. Ini sebuah tantangan yang lumayan berat membereskannya.Nah, siapapun, dimanapun, dan kapanpun, bila ada yang mengaku warga LDII tetapi masih ’berasap’, anda boleh meragukan kesungguhannya itu. Apalagi bila berani melakukannya terang-terangan, saya sudah yakin ratusan persen, dia belum memiliki kepahaman memadai sebagai warga LDII yang mestinya saleh.

Sesungguhnya tindakan mubadzir*)  itu saudaranya setan, dan setan-setan itu kafir terhadap Tuhannya (Allah). (QS. Al Isra : 27)

Berikut video bahaya merokok, keadaan paru-paru Anda yang setiap hari anda bakar dengan asap rokok, sangat mengerikan dan menyedihkan semoga bisa menggugah diri Anda :

Wallaahu a’lam bisshawwab.

*) Mubadzir : sia-sia, boros, tidak bermanfaat, dst.

YANG KUAT YANG DISUKA

LDII Sulawesi Tengah – Sudah sejak pertengahan Februari 2013 kemarin saya mulai rajin jogging, tiga kali seminggu. Saya memilih sore hari karena memang saat itulah yang relatif lebih longgar. Awalnya, pilihan pertama adalah keliling Lapangan Vatulemo di depan Kantor Walikota Palu. Hanya tiga putaran, dan itu berarti hanya menempuh jarak dua kilometer kurang sedikit. Kesempatan kedua, saya berhasil menempuh lima putaran atau tiga kilometer lebih (juga sedikit). Setelah beberapa kali di sana, saya berpindah lokasi di halaman parkir Bandara Mutiara-keluar-dan masuk kembali. Udara di sini, bandara, sejuknya luar biasa dan nyaris tanpa karbon monoksida dari knalpot kendaraan bermotor. Meskipun demikian, jarak tempuh saya rata-rata memang hanya 3 kiloan.
Kompleks Lapangan Vatulemo Kota Palu,
Google Earth. (Dok. DPW LDII Sulteng).
Nah, akhir-akhir ini saya tidak ke kedua tempat itu lagi. Pertama, untuk kesana harus naik kendaraan sekitar 15 menit. Pulang-pergi ketemunya 30 menit. Selain itu juga makan bensin. Kedua, waktu untuk berangkat dan pulang ke masing-masing lokasi di atas hampir sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk berlari sejarak tiga kilo tadi. Maka, sekarang, setelah mengenakan sepatu kets, saya segera keluar rumah dan berlari di jalan beraspal. Hampir tepat tiga puluh menit kemudian, saya sudah tiba kembali di depan rumah dan berhasil menempuh jarak standar, 3 kilometer. Saya setengah terpaksa menelusuri Jl. Dewi Sartika Kota Palu, Sulteng, karena padatnya lalu lintas.
Salah satu ‘pejogging’ sedang berjalan di seputaran Vatulemo
Kota Palu. (Dok. DPW LDII Sulteng)
Hasilnya? Setelah satu bulan, diikuti dengan memperbanyak konsumsi sayuran, berat badan turun dua kilogram. Juga, badan terasa lebih bugar dan bertenaga. Berita positif lainnya adalah dua pantalon saya bisa kembali direst hingga habis di ujung atas.
Beberapa kali memang muncul rasa malas. Apalagi selalu ada rasa sakit pada betis bagian atas dan paha bagian belakang saat melewati empat tiang listrik pertama, dua ratus meter. Juga, yang pasti, dada terasa panas, mulut kering, dan hidung gatal-gatal seperti dihinggapi lalat saat tidur siang. Namun, sejauh ini saya berhasil memaksa diri untuk bangun dan berlari. Kenapa?
Pasalnya, menurut perhitungan standar BMI (Body Mass Index), berat badan saya kelebihan sekitar 8 kilogram. Padahal, pola makan tidak mengalami perubahan, alih-alih naik. Baru sekitar pertengahan Maret saya ketahui bahwa pria di atas 40 tahun memang cenderung bertambah gemuk. Adalah Yahoo! yang merilis informasi itu. Saya tidak ingat detil angkanya. Katanya, kira-kira begini, sebelum 40 tahun badan kita menyerap sekitar 2.200 kkal perhari. Maka, jika kita makan seukuran itu tidak akan menambah berat badan. Semua terserap. Setelah lewat usia itu, badan kita hanya mampu menyerap 2.000 kkal. Bila pola makan tetap, berarti ada sekitar 200 kkal yang tidak terserap dan diubah menjadi timbunan lemak.
Kemudian, awal April, Yahoo! memberitakan bahwa perut buncit karena kegemukan juga mengganggu kerja ginjal, memicu penyakit jantung, dan sederet dampak mengerikan lainnya. Sudah banyak teman, saudara, dan handaitaulan yang menderita berkepanjangan karena  tidak mampu menjaga pola makan. Ditambah lagi, dunia kerja terkini didominasi posisi duduk berlama-lama. Akibat dari keduanya sudah jelas : kegemukan, dan ujung-ujungnya penyakit.
Dalam pikiran saya, penderitaan orang lemah karena sakit itu ada tiga : tidak menghasilkan, keluar biaya, dan rasa sakit itu sendiri. Padahal, kita membutuhkan kesehatan untuk melaksanakan berbagai aktivitas yang nyaris tak terbatas. Sudah pasti jauh lebih nyaman hidup sehat dari pada sakit. Orang-orang terdekat kita seperti keluarga, tetangga, rekan bisnis, dan banyak lagi yang lain, membutuhkan kita dalam keadaan sehat (dan kuat).
Telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah, r.a., Rasulullah SAW bersabda :

Orang iman yang kuat, adalah lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada orang iman yang lemah. Masing-masing mempunyai kebaikan. Bersemangatlah pada apa-apa yang bermanfaat bagimu dan janganlah kamu lemah. (Sunan Ibni Majah, Sahih).

Siklus hidup semua makhluk sudah diatur Allah. Akan tetapi satu hal  sudah jelas : Yang Kuat Yang Disuka!
Wallaahu a’lam bisshawwab.

MIFTAHUL HUDA, MASJID DENGAN 60 LAMPU

LDII SULTENG – Tepatnya enam puluh satu bila yang berukuran besar, 350 W, dihitung. Lampu besar itu terpasang diposisi tengah dan paling atas. Ada kecenderungan untuk tidak ikut dihitung karena memang nyaris tak pernah dinyalakan, kecuali pada saat ‘dicoba’ saja. Lebih mirip sebagai hiasan. Toh, kalaupun dinyalakan, warnanya tidak putih seperti enam puluh yang lain. Dia ini kuning, dan bila sudah panas, mati sendiri. Bagi orang Jawa, dia seperti ‘danyang’ bagi lampu-lampu lain. Di luar, yaitu di teras kiri, kanan, dan depan masih terdapat sembilan belas titik lampu lagi.
masjid palu miftahul huda
Masjid Miftahul Huda, Jl. Dewi Sartika IV Palu.
(Dok. DPW LDII Sulteng)
Bila dinyalakan bersamaan, akan menyedot daya sebesar 1.772 watt. Angka ini diperoleh dari ((60 + 19) x 18 w) + 350 w = 1.772. Terang Benderang. Pada malam hari, di dalamnya, plafondnya akan seperti bertaburan bintang yang didekatkan.
masjid palu ornamen lampu
Lampu Tengah, 350 Watt. (Dok. DPW LDII SUlteng)
Masjid yang terletak di Jl. Dewi Sartika IV Keluarahan Petobo, Kec. Palu Selatan, Kota Palu, Sulteng ini mulai dibangun sejak sekitar tahun 1999. Tidak mudah untuk menemukan angka pasti berapa biaya yang telah ditelannya. Apalagi, proses pembangunannya masih berjalan meski tinggal sedikit. Belum lagi, tepat di sebelah kirinya sudah mulai dibangun aula sebagai gedung serba guna.
masjid palu arsitek atap
Bagian Atap, 61 lampu. (Dok. DPW LDII SUlteng)

Bagian kiri, kanan, dan depan berupa pintu-pintu kaca sehingga aktivitas di dalam masjid akan tampak dari luar. Demikian juga sebaliknya, dari dalam keluar. Semua serba transparan.

masjid palu jendela transparan
Pintu-pintu kaca. Transparan. (Dok. DPW LDII SUlteng)
pengajian masjid palu
Pengajian sebagian remaja masjid pada malam hari.
(Dok. DPW LDII SUlteng)
Rumah-rumah warga mengelilingi masjid berukuran 15 x 15 meter ini dan umumnya dibangun menghadap ke arah nya. Meski halaman depan masih berupa tanah-pasir yang kadang-kadang becek oleh genangan air hujan, anak-anak dan para remaja rajin menggunakannya untuk bermain futsal dan aktivitas fisik lainnya.
futsal masjid palu
Kompetisi Futsal U14 di halaman masjid.
(Dok. DPW LDII SUlteng)
Sehari-hari, masjid ini dikelola oleh PAC LDII Kel. Petobo yang digawangi oleh Bp. Edy Puguh Santoso, A.Md. sebagai ketuanya. Kegiatannya lumayan padat. Selain sholat lima waktu, pada malam hari para orang tua menggunakannya untuk mengaji tiga kali seminggu. Remaja usia SLTA ke atas mengisi hari-hari kosong yang tidak digunakan para orang tua untuk mendalami Al Qur’an dan Al Hadits. Anak usia SMP (pra remaja), mengaji setiap habis maghrib sampai isya’, setiap hari, kecuali ada hal luar biasa.
Khusus bagi anak-anak yang masih berusia di bawah dua belas tahun, disediakan waktu setelah sholat asar. Juga setiap hari. Anak-anak ini belajar membaca Al Quran menggunakan metode Iqra’. Selain itu, mereka juga mendapat tugas menghapal surat-surat pendek dari Al Qur’an. Sebagai tambahan materi, untuk menguatkan sikap dan membangun adab, mereka dapat menikmati cerita keteladanan para nabi dan ulama-ulama shalih jaman dulu.
pengajian generus masjid palu
Pengajian di bawah 12 th, sore. (Dok. DPW LDII SUlteng)
Siapa saja yang mengajar mereka? Untuk para orang tua, ada Ustadz H. Idris Sardi, Ustadz H. Nasrullah, Mas Ramadahan yang lulusan Ponpes Wali Barokah Kediri, dan beberapa muballigh dan muballighah yang juga lulusan pondok-pondok pesantren LDII yang tersebar di penjuru nusantara. Bagi remaja ke bawah, banyak tersedia tenaga pengajar yang juga lulusan ponpes-ponpes di atas. Yang terakhir ini dikoordinatori oleh Ibu Sri Martati, S.Pd.
Selain agenda rutin harian, Pak Edy beserta imam dan pengurus masjid akan lebih sibuk pada bulan Ramadhan. Setelah sholat tarawih, jamaah masjid melanjutkannya dengan tadarus Al Qur’an hingga 20 malam pertama. Malam ke 21 hingga sebelum muncul hilal 1 Syawal, warga LDII yang tergabung dalam PAC LDII Kelurahan Petobo melaksanakani i’tikaf. Khusus mengenai i’tikaf ini, disediakan waktu mulai pukul 22.00 s.d. 02.30 wita. Bila ada jamaah yang memulai lebih awal atau mengakhirinya hingga subuh tetap dipersilahkan.
Sesungguhnya orang yang  meramaikan masjidnya Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Dan mendirikan sholat, mendatangkan zakat, dan tidak takut kecuali kepada Allah. Mereka itulah orang-orang yang mendapat petunju. (QS  At-Taubah: 18)
Harapannya, dengan semakin tinggi frekuensi dan kuantitas orang yang beribadah di dalam masjid, semakin besar pahala (jariyah) orang-orang yang membangunnya.

Wallahu a’lam bisshawab.

AL JIBAAL

LDII SULTENGGunung berapi, menurut Wikipedia adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. (Bila sudah tidak ada aktivitas magma di dalamnya, boleh disebut gunung api tidak aktif atau mati).

DI luar hal di atas, Islam mengajarkan bahwa gunung sebagai paku atau pasak bagi bumi. Sebagaimana paku atau pasak dalam dunia meubel dan konstruksi kayu,  gunung berfungsi merekatkan kepingan-kepingan bumi agar menyatu dan tidak pecah berhamburan. Hal ini tidak bisa diperdebatkan. Kenapa? Ilmu pengetahuan didasarkan bukti empiris, sedangkan agama berurusan dengan keyakinan.
Sebagaimana dirilis Departemen Pertambangan dan Energi dalam Data Dasar Gunung Api Di Indonesia, Negara kita tercatat sebagai ‘pemilik’ gunung api aktif terbanyak di dunia. Jumlahnya sekitar 30% dari gunung api aktif seluruh dunia. Jumlah gunung api yang meletus sejak tahun 1600 sampai saat ini ada 125 buah. Di antara gunung-gunung api aktif itu terdapat nama Soputan di Sulawesi Utara, Semeru dan Kelud di Jawa Timur, Agung di Bali, Merapi di Jawa Tengah, Papandayan di Jawa Barat, Krakatau di Selat Sunda, dan Tambora di Nusa Tenggara Barat.
 
ldii kota palu
Merapi, 2010 (Sumber : www.google.com)

Merapi

Dia gunung yang sangat aktif. Belum lama berselang meletus mengalirkan lava dan dilanjutkan dengan lahar dingin. Belum lagi hembusan wedus gembelnya, yaitu awan panas panas yang mampu menghanguskan tanaman dan membunuh ternak. Bahkan hawa bersuhu sekitar 500-600 derajat celcius itu menewaskan Mbah Maridjan Sang Juru Kunci, serta  mengeringkan desa tempat tinggalnya, Kinahrejo di Kab. Sleman.Kota-kota dibawahnya seperti Sleman, Bantul, Magelang, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya menerima abunya. Ribuan orang mengungsi. Entah berapa korban dan kerugian materi yang sesungguhnya.Uniknya, setelah proses meletus ini selesai, Merapi menjadi obyek wisata. Desa Kinahrejo dikunjungi turis-turis lokal maupun asing. Pasir tumpahannya menjadi berkah. Satu hal yang masih tetap, Gunung Merapi masih bisa meletus lagi dan mengusir orang-orang keluar dari rumahnya.

Pengungsi Merapi, 2010. Tersiram abu.
(Sumber : www.google.com)

Krakatau

Letusan dahsyatnya tahun 1883 tercatat sejarah sebagai salah satu letusan terbesar. Kekuatannya diperkirakan sejuta kali lebih besar dari bom hidrogen. Sebuah bencana yang mengerikan.Data Departemen Pertambangan dan Energi melaporkan bahwa kekuatan letusan itu telah menimbulkan gelombang pasang dan tsunami. Sekitar 31.000 jiwa tewas tersapu dan 4.500 terpanggang. Juga tewas. Kerugian harta benda tak terhitung.Belum lagi habis ancaman letusannya, Krakatau ‘melahirkan’ anak yang tidak kalah aktifnya.

warga ldii palu
Letusan Lava Anak Krakatau.
(Sumber : www.google.com)

Tambora

Tercatat meletus tahun 1815. Menelan korban lebih dari 80 ribu jiwa karena kelaparan dan 12 ribu jJiwa tewas tersengat awan panas. Abu yang disemburkannya berbulan-bulan menutup angkasa. Akibatnya, sinar matahari tidak menembus permukaan bumi di bawahnya. Dampak selanjutnya, musim dingin berkepanjangan di belahan bumi utara.
Tambora. (Sumber : kompasiana)
Benua Eropa mengalami bencana kelaparan karena gagal panen dan kematian  ternak. Bila dirunut lebih jauh, konon, letusan ini berkait erat dengan tewasnya 65.000 orang di Inggris karena kelaparan. Juga, berbuntut pada kerusuhan di Perancis di tahun yang sama.  Letusan ini telah mengakibatkan kerugian dengan hitungan ‘mengerikan’. Hanya dengan satu letusan gunung ini saja sudah menimbulkan bencana seluas hampir  seperempat dunia.

Saya membayangkan betapa lebih mengerikannya bila ketiga gunung di atas meletus bersamaan. Lantas, bagaimana jika nanti, pada saatnya, : watakuunul jibaalu kal ‘ihnil manfuus..?

“Dan gunung-gunung seperti debu beterbangan (hancur) …”

Wallaahu a’lam bisshawab.

Anas Y. Karnain
Wakil Ketua DPW LDII Prov. Sulteng

HAEMOGLOBIN (Antara Hak Istirahat,Tindik, dan Tato)

LDII Sulawesi Tengah – Pada suatu hari beberapa tahun lalu, saya dihubungi salah seorang teman yang juga pengurus DPW LDII Provinsi Sulteng. Setelah ‘assalamu ‘alaikum’, beliau langsung menanyakan golongan darah saya. Katanya, ada warga LDII yang tertimpa musibah dan membutuhkan donor darah golongan B. Selain itu beliau juga meminta informasi siapa saja  yang bergolongan darah sama. Saya memang mempunyai daftar itu. Daftar golongan darah orang-orang yang bersedia mendonor bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Jumlahnya tidak banyak. Sekitar lima puluhan, laki-laki dan perempuan.
Warga LDII - Lembaga Dakwah Islam Indonesia Kota Palu
Donor Darah. (Sumber : www.indofarma.co.id)
Saya segera berada di gedung PMI di Jl. Kartini Kota Palu. Saat itu hari sudah malam. Sekitar pukul 21.00 wita. Ada juga beberapa orang keluarga dan teman-teman dekat korban. Salah satunya bertindik telinga. Bekas tindik, tepatnya. “Itu jaman nakal dulu, Mas. Waktu belum ikut ngaji..,” kata teman saya. Bagi saya, tentu saja aneh jika ada warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia pakai tindik segala. Tidak lama kemudian kami diminta masuk ruangan bertulis :

“DILARANG MASUK SELAIN PENDONOR”

Pertama dilakukan pemeriksaan golongan darah. Bila tidak cocok, silahkan meninggalkan ruangan. Yang cocok, B, akan ada tes kedua. Saat akan diperiksa, saya menunjukkan kartu donor berwarna biru. Itu saya peroleh saat mendonor di Bandung dulu. Dengan itu saya bebas dari pemeriksaan pertama.  Meskipun masing-masing kami tampak sehat dan baik-baik saja, tes berikutnya nanti bisa menunjukkan hasil berbeda. Tergantung kadar HBnya.
HB, Haemoglobin, adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai zat pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Dari sana mereka membawa karbondioksida dari jaringan tadi ke paru-paru. Untuk menjadi pendonor, HBnya harus memenuhi standar tertentu yang disebut ‘cukup’. Hal itulah yang dibuktikan melalui tes kedua ini.
Bila diteteskan dalam larutan kuprisulfat gumpalan darahnya turun cepat seperti batu tenggelam, maka HBnya cukup. Silahkan mendonorkan darahnya. Akan tetapi, jika darah itu turun pelan-pelan atau bahkan tidak bisa tenggelam, berarti HBnya belum cukup. Dilarang mendonor. Termasuk bila gumpalan darah itu pecah menyebar.
Saya termasuk yang ‘melayang’. Darah dari ujung jari tengah yang diambil dengan blood lancet itu tak kunjung tenggelam. Saya terdepak keluar tanpa menyumbang darah. Untuk memperoleh HB yang cukup, kata pak petugas, diperlukan istirahat yang memadai.

“Sesungguhnya jasadmu punya hak untuk istirahat”

Hal ini, oleh Rasulullah SAW, sudah diingatkan sejak empat belas abad yang lalu. Ternyata saya, juga sebagian dari kita, termasuk yang suka mengabaikan hak tubuhnya sendiri. Astaghfirullaahal ‘adziim…
Pemuda berbekas tindik tadi malah ditolak sebelum diperiksa golongan darahnya. Apa pasal? Karena bertindik! Termasuk, bila ada yang bertato. Kalangan medis meragukan kesterilan peralatan yang digunakan untuk membuat tato dan tindik itu. Dikhawatirkan ada pencemaran virus dalam darah akibat proses tindik-menindik atau tato menato itu. Bila dipaksakan mendonor, dampaknya bisa menimpa pasien.
Saya lantas menemukan selarik benang merah peringatan Rasulullah lebih dari 1.400 tahun lalu tentang larangan dan dosanya bertato.
Siapakah yang menduga bahwa sabda Rasulullah saat itu berkait erat dengan perkara sepenting itu? Hanya dengan istirahat cukup, kita bisa menolong orang lain. Tanpa tubuh coreng-moreng tato atau bolong karena tindikan, kita berpeluang menyelamatkan selembar nyawa. Tentu saja dengan idzinNya.
Fa bi ayyi hadiitsin ba’dahuu yu’minuun… Wallaahu a’lam bisshawab.
Anas Y. Karnain Wakil Ketua DPW LDII Prov. Sulteng