Admin

Antara Sekolah dan Mengaji

“Aduh, Mbak. Liburkan saja mengajinya. Nanti habis isya juga  ada ngaji lagi. Kapan kita belajarnya ? ”
“Aih, habis maghrib ngaji, habis isya ngaji, besoknya ngaji lagi. Bagaimana mau belajar ini, Padahal besok saya ada ujian.”
“Mbak, ngajinya pulang  cepat, ya. Saya capek, tadi pulang sekolah  jam 4 sore.”
“Uh, banyak sekali PR di sekolah tadi. Kapan mau dikerjakan ini, nanti malam ada ngaji juga.”
generus ldii palu
Membaca Al-Qur’an – Pengajian Caberawit (dok:LDII Sulteng)
Keluhan di atas hanyalah sedikit dari keluhan-keluhan para remaja dan sedikit mahasiswa. Mereka kebingungan membagi waktu antara mengaji dan mengerjakan tugas-tugas sekolah. Bahkan terkadang, keluhan itu terdengar agak keras pada para guru mengajinya. Mereka merasa frustasi dengan beban pelajaran dan tugas sekolah namun tak bisa berbuat apa-apa karena orang tua tetap memaksa mengaji.
Apalagi kalau melihat lingkungan pergaulan sehari-hari di sekolah yang mana semua teman hanya memikirkan nilai dan ujian. Pulang sekolah bisa langsung istirahat dan malamnya belajar. Tak perlu harus duduk berlama-lama mencatat dan mendengarkan materi pengajian saat badan sedang lelah dan kelopak mata menggelayut.
Kalau masalah seperti di atas tidak dijembatani, bisa jadi, kegiatan menuntut ilmu agama itu dijadikan musuh, momok, atau lebih bombastis : bencana. Bahkan dengan alasan-alasan yang belum teruji, mengaji dijadikan kambing hitam yang menghalangi prestasi belajar di sekolah atau kampus. Benarkah?
Kecenderungannya, banyak mengaji itu merupakan sebuah keuntungan tersendiri. Sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki oleh pelajar-pelajar yang lain. Pertama, pasti akan menambah ilmu dan kefahaman seseorang. Seharusnya seorang pelajar merasa bangga karena selain mencari ilmu duniawi juga diberikan keutamaan bisa menuntut ilmu agama. Suatu kesempatan yang tidak dimiliki banyak orang. Bahkan, bisa dijadikan andalan untuk ‘memaksa’ Alloh membantu keberhasilan sekolah. Bagaimana caranya ?
Pertama, ingat dan ingatlah selalu sebuah dalil firman Allah Surat Muhammad Ayat 7 :
Artinya : Wahai orang – orang yang beriman, Jika kalian menolong Alloh, maka Alloh akan menolong pada kalian, dan Allah akan menetapkan pada beberapa telapak kaki kalian (menetapkan iman) “
Menolong Alloh di atas berarti menolong kelancaran agama Alloh, termasuk melestarikan ilmu agama yang diwahyukanNya . Maksudnya sudah jelas, kalau kita menolong agama Alloh dengan cara melancarkannya, maka Alloh juga akan menolong perkara kita. Itu janji Alloh kepada siapapun tanpa terkecuali. Nah, apakah mengaji itu termasuk dalam kategori menolong agama Alloh ? Sudah jelas, karena mengaji itu adalah cara melestarikan ilmu agama.
Karena itu, jadikanlah dalil diatas sebagai ‘senjata’ untuk kita. Caranya ? Waktunya ngaji ya ngaji, jalani dengan ikhlas dan semangat. Waktunya belajar ya belajar. Plus, setiap kali berdoa, selipkan pula tagihan kita pada Alloh : “ Ya Alloh, saya mempersungguh mengaji dan beribadah meskipun dalam keadaan lelah. Karena itu, tolong bantulah saya dalam belajar.”
pengajian caberawit
Semangat Mengaji Caberawit (dok:LDII Sulteng)
Kalau niat kita sudah benar, doa kita sudah sungguh-sungguh, usaha juga sudah maksimal, TIDAK ADA ALASAN bagi Alloh untuk tidak membantu kita. Ingatlah rumus kesuksesan :
A + B + C + D :
A : Alat-Ilmu, B : Berusaha, C : Cita-cita, D : Do’a
Memposisikan kegiatan mengaji sebagai penghambat sebenarnya tidak memadai dijadikan alasan. Jika mendatangi forum pengajian dengan perasaan marah, tidak ridho, maka tidak ada yang akan kita peroleh. Nothing. Sudah jelas capeknya, ngantuk, makan waktu, tetapi ilmu yang mestinya didapat malah hilang ditendang setan yang mengusik kalbu. Selain itu tugas sekolah sudah jelas tidak selesai. Yang ada tinggal hati dongkol membara dikipasi iblis. Sia-sia, kan?
Selain itu, belum pernah terdengar seorang pelajar jeblok nilai sekolahnya karena dia menertibkan ngajinya. Tidak ada bukti pula bahwa dengan tidak mengikuti ngaji dan memilih belajar di rumah, maka nilai akan semakin bagus. Yang sering terdengar adalah seorang pelajar yang pintar mengajinya juga pintar sekolahnya. Saya sendiri sudah sering membuktikan hal ini, ketika saya menjadikan kuliah, tugas, dan ujian  sebagai alasan untuk tidak memenuhi kewajiban saya, nilai saya bukannya baik malah tambah jeblok. Namun, ketika saya mencoba memenuhi semua tugas dan kewajiban menuntut ilmu agama itu, IP saya justru naik drastis ke angka yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.
Tidak sedikit bukti lain yang menunjukkan hal serupa. Beberapa tahun lalu, sebuah sekolah menengah negeri di Padang, Sumatera Barat, mempublikasikan bahwa di sekolah mereka terdapat kegiatan tahfidz Al Qur’an. Ternyata, siswa-siswa yang berhasil baik dalam kegiatan ini juga mempunyai prestasi yang membanggakan dalam bidang akademis. Dalam sejarah kedokteran tercantum nama Ibnu Sina yang di Eropa dikenal dengan nama Avicena, ulama besar sekaligus dokter. Ada lagi Ibnu Rusdi yang di dunia barat dikenal dengan Averos, dan daftar panjang lainnya.

Belum percaya ? Buktikanlah sendiri. Sehingga kita tidak lagi menjadikan kegiatan mengaji dan sekolah sebagai versus, sebagai lawan, bidang hitam putih yang saling bertolak belakang, melainkan sebagai paduan warna bagai goresan pelangi yang indah.(nifa)

PERESMIAN MASJID BAITUL AKBAR

LDII KOTA PALU – Minggu, 17 Februari 2013 Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kota Palu mengadakan peresmian penggunaan Masjid Baitul Akbar. Peresmian yang dilaksanakan oleh Wakil Wali Kota Palu, H. Mulhanan Tombolotutu, S.H. memang telah dinantikan oleh warga LDII. Dalam sambutannya beliau menyatakan bahwa Kota Palu saat ini mengalami perkembangan yang pesat. Diharapkan kemajuan ini dapat juga dibarengi dengan peningkatan SDM Kota Palu. Selain membangun raga, Kota Palu juga perlu dibangun jiwanya.
peresmian mesjid ldii
Penyambutan Wakil Walikota Palu oleh Pengurus LDII Kota Palu (Dok.LDII Sulteng)

Dengan adanya peresmian Masjid Baitul Akbar ini (diharapkan) dapat membantu membangun jiwa masyarakat Kota Palu karena memang masih dibutuhkan tempat ibadah untuk menyeimbangkan antara jumlah penduduk dengan tempat peribadatan. Beliau juga sangat mengapresiasi warga LDII yang memiliki antusiasme tinggi dalam mewujudkan pembangunan masjid.
wakil walikota
Sambutan Wakil Walikota Palu (Dok.LDII Sulteng)

Masjid yang dibangun dari swadaya warga LDII ini menelan biaya 3,7 milyar. Pembangunan masjid yang dimulai tahun 2005 ini diharapkan dapat segera terselesaikan sebelum memasuki bulan ramadhan tahun ini.

Selain meresmikan penggunaan masjid, beliau juga menyerahkan surat keputusan kepengurusan untuk PAC (Pimpinan Anak Cabang) LDII Kelurahan Talise dan PC (Pimpinan Cabang) LDII Kecamatan Mantikulore. Harapan beliau agar pengurus yang telah menerima SK dapat melaksanakan tugas dengan baik sehingga dapat memaksimalkan dakwah yang dilakukan LDII pada masing-masing wilayah sehingga tercipta masyarakat yang sadar akan nilai-nilai agama yang saat ini mulai tergerus karena kecanggihan teknologi dan perubahan zaman.(zul)
Berikut video kegiatan Peresmian Masjid Baitul Akbar – Palu :

Renungan Panjang dalam Satu Kata, ibu..

“Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia….. <3 “
Itu lagu yang sering kita nyanyikan saat kita di taman kanak-kanak dulu, kadang, tanpa memahami maknanya kita hanya sekedar bernyanyi mendendangkannya.      Pernah nonton sebuah film ringan korea namun menguras emosi, “jibeuro” (a.k.a The Way Home)? Film itu bercerita tentang seorang anak yang oleh ibunya dititipkan sementara waktu kepada neneknya yang tinggal seorang diri di sebuah desa yang hampir tak terjamah, di sebuah bukit dekat pemberhentian bus terakhir. Sebuah kehidupan yang jauh dari sentuhan modernisasi dan dipenuhi kesederhanaan yang teramat sangat. Setelah menonton film itu, ada beberapa versi cinta yang kudapati. Cinta seorang ibu kepada anak, cinta anak kepada ibu, cinta seorang cucu kepada nenek, sebaliknya cinta sang nenek kepada sang cucu.
Renungan Panjang dalam Satu Kata, Ibu. .(image : bukankerananama.blogspot)

Ada pepatah, “Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalah”. Betapa seorang ibu menyayangi anaknya, tanpa syarat, tanpa alasan,… nothing but love, just love. Seberapapun memikirkan betapa sayangnya seorang anak kepada ibunya, tidak akan membandingi kasih ibu kepadanya. Ibu akan rela mengorbankan apapun demi anaknya, meski kadang pemikiran sang ibu tidak dipahami si anak dengan baik. Tetapi pada intinya, tak ada orang tua yang tidak ingin melihat anaknya bahagia. Klise memang, tapi itulah kenyataanya. Kadang seorang anak akan merasa terintimidasi dengan kasih sayang itu. Mungkin karena sikap dan cara yang tidak sejalan dengan pemikiran sang anak sehingga terkadang membuatnya merasa  ditekan, dibatasi, dilarang, dan sebagainya. Pada akhirnya nanti anaklah yang malah pergi meninggalkan orang tuanya, bekerja, menikah, dan mungkin tinggal di tempat yang jauh. Tiada balasan yang setimpal atas tetesan darah dan keringat dari seorang ibu selain tersenyum mengetahui bahwa anaknya bahagia. Akan ada saat dimana ibu akan memukul kita dengan keras, membentak kita, anaknya. Sesungguhnya hatinya menangis melakukan itu. Kemarahan yang terlampiaskan kepada anaknya sejatinya mungkin ditujukan kepada dirinya sendiri. Hanya satu, ibu tidak ingin kita terluka, tidak seujung jaripun. Dalam setiap doa dan bisikannya di malam hari, saat semua telah terlelap, dalam sendu ibu berdoa, “Semoga anakku baik-baik saja, jaga dia, sayangi dia, jangan biarkan hal buruk terjadi padanya, jadikan dia anak yang baik, menjadi orang yang sukses….” Bahkan kesehatan dan umur panjang yang ibu minta kepada Tuhan, adalah hanya untuk menjaga dan melihat anaknya bahagia.
Berada di tempat yang jauh dari orang tua… menyisakan ruang rindu yang begitu luas, sepi dan kosong untuk ibu. Bagaimana keadaannya sekarang? Betapa dia kehilangan. Sekedar ingin mencium bau anaknya, ibu terlelap dalam letih di kamar anaknya, memeluk kemeja anaknya yang belum sempat tercuci semenjak kunjungannya yang terakhir dari rantau. Memasak menu kesukaan anaknya, atau sekedar membeli buah yang selalu diminta anaknya setiap ibu beranjak ke pasar. Semakin dewasa seseorang, akan semakin senjang dia kepada ibunya, semasa ibu hamil tak terpisahkan, kemanapun ibu pergi kita ikut. Setelah ibu melahirkan kita di dunia, mengenalkan kita pada cahaya matahari yang menyeruak dari sela jendela, akan ada saatnya sesekali kita terpisah dari dekapan sang ibu, Akan menurun intensitas pertemuan kita dengannya. Demikian pula saat kita mulai bisa merangkak dan berjalan, bermain bersama teman sebaya, tergelak dalam bahasa sesama anak-anak, ibu di rumah dengan cemas menanti kita, berharap kita tak terluka, terjatuh atau menangis. Semakin dewasa, kita masuk sekolah. Awalnya ibu akan senantiasa mengantar dan menunggui kita di sekolah. Masih dengan rindu yang sama, tak berubah sedikitpun, tujuh jam ibu menanti kita pulang sekolah, sekalipun sibuk dengan pekerjaan, ibu akan selalu merindukan tangan kecil yang baru saja dia lepaskan dalam seragam sekolah. Semakin dewasa, kita akan lebih suka bermain bersama teman sebaya dengan tidak menyadari rindu sang ibu. Begitu rindunya ibu, maka dia bergegas ke pasar, kemudian membuat makanan kesukaan kita, menyajikan dan menunggu pulang dari sekolah. Sampai masakan ibu dingin, ternyata anaknya belum juga pulang, “Mungkin dia bermain dengan temannya, semoga dia baik-baik saja”.
Semakin dewasa semakin ibu akan merindukan anaknya. Tangan mungil yang selalju menggenggam jemari hangatnya seolah tak mau lepas, tangisan yang setiap malam membangunkan lelapnya, tangan dan kaki yang hampir setiap hari berdarah sepulang bermain, baju kotor berlumpur yang disembunyikan di tumpukan cucian. Setelah dewasa, tak jarang kita mengabaikan panggilan telepon ibu, entah sibuk belajar, kerja atau sibuk bermain bersama teman.
Selayaknya sebagai seorang anak berusaha membalas kasih ibu, takkan setimpal takkan setara.  Berusahalah selalu membuat ibu tersenyum, jangan berpikir untuk membalas cintanya, karena cinta ibu tak terbalas. Berbaiklah kepada ibu selagi Tuhan masih memberi kesempatan untuk itu. “Bu, aku baik-baik saja”, bahkan sekedar bercerita tentang apa saja ibu pasti senang mendengarnya. Pada kesalahan yang kita buatpun bahkan sebelum kita memintanya, ibu dengan tulus memaafkan. Ibu tak mengenal kata maaf ataupun terimakasih, ibu hanya ingin anaknya tersenyum, bahagia, baik-baik saja.

“Robbighfirlii waliwaalidayya, warhamhumaa kamaa robbayanii soghirooo” hanya Tuhan yang bisa membalas cintanya.

Pengukuhan Pengurus DPD LDII Kabupaten Sigi

DPW LDII Sulawesi Tengah – Palu, Minggu (17/02/2013) bertempat di Majelis Taklim Miftakhul Huda Kelurahan Petobo Kecamatan Palu Selatan Kota Palu, diadakan acara pengukuhan kepengurusan baru di jajaran DPD LDII Kabupaten Sigi masa bakti 2013-2018 yang diketuai oleh Nurohmat,S.Hut.

pengukuhan pengurus dpd kabupaten sigi
Pengukuhan Pengurus DPD LDII Kabupaten Sigi – LDII Sulteng

Acara tersebut dipimpin langsung oleh Agus Salim St.Marhum,S.Pd selaku Ketua DPW LDII Provinsi Sulawesi Tengah.

Selain pengurus DPW LDII Provinsi Sulawesi Tengah, hadir pula Ketua DPD LDII Kabupaten Donggala yang sebelumnya juga memimpin aktivitas warga LDII di Kabupaten Sigi sampai dengan terbentuknya kepengurusan resmi dan terpisah dari organisasi induknya, yaitu DPD LDII Kabupaten Donggala.

ketua dpw ldii sulawesi tengah
Sambutan Ketua DPW LDII Sulawesi Tengah

Dalam sambutannya Ketua DPW LDII Propinsi Sulawesi Tengah menyampaikan bahwa dalam menjalankan roda organisasi seluruh pengurus DPD LDII Kabupaten Sigi diharapkan bisa bekerjasama dengan baik, rukun, kompak serta bisa jujur dan amanah. Selain itu, sebagai ormas Islam, seluruh pengurus sudah semestinya bekerja sama dengan berbagai pihak di luar LDII demi tercapainya kebaikan bersama.

Pembentukan dan pengukuhan DPD LDII Kabupaten Sigi dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja organisasi dengan dimekarkannya Kabupaten Sigi dari kabupaten lama yaitu Kabupaten Donggala.

Kerja Bakti Warga LDII Kelurahan Petobo

LDII Kota Palu – Sabtu (16/2/2013), PAC LDII Kelurahan Petobo melakukan kerja bakti membersihkan halaman masjid Miftakhul  Huda yang terletak di Jalan Dewi Sartika IV. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan turnamen futsal generasi penerus antar PAC LDII se Kota Palu.
Berikut foto Kegiatan kerja bakti warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia Kelurahan Petobo :