Pelaksanaan Sholat Idul Fitri Warga LDII kota palu 1 Syawal 1434 H yang dipusatkan di halaman Masjid Shirothol Mustaqim Jalan Zebra Palu. Dalam nasehatnya ustadh Nurahmat memaparkan 5 sukses ibadah dalam bulan ramadhan yang perlu dipertahankan yaitu : Sukses berpuasa sebulan penuh, sukses sholat Tarawih, sukses tadarus Al-Qur’an, sukses I’tikaf, sukses menunaikan Zakat Fitrah.
Serunya Liburan LDII Bumi Bahari
Minggu, 11 Agustus 2013 tepatnya empat hari setelah umat muslim beramai-ramai ke mesjid dalam rangka menunaikan sholat Idul Fitri, kami, muda-mudi Bumi Bahari atau yang lebih dikenal dengan sebutan BB, berencana Insya Allah bertamasya ke pantai Tumbelaka . orang yang tinggal di Palu pasti tau tempat ini…
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan agar tali persaudaraan dan keakrabatan PAC LDII Kelurahan Bumi Bahari kami semakin kuat dan terjaga .Pukul 09.30 WITA Teng ! *sebenarnya agak molor dikit 😀 . Kami semua sudah berkumpul di depan rumah mamanya Mbak Pipi. Tak lama kemudian kami sudah meluncur ke tujuan.
Sesampainya disana , kami langsung dimintaibunya menata tempat makan dan beberapa snack. Setelah semuanya rapi , langsung aja tanpa di aba-aba kami menghambur dan berlari ria ke pantai . Ahhhh serunya !!
Ombak dan angin ringan membawa sebuah Katinting menepi di bibir pantai. Aku dan mba-mba lainnya langsung berlari merapat mendekati badan Katinting. Setelah berlalunya adegan tawar-menawar dengan bapak pemiliknya, kami langsung naik. Perlahan Katinting mulai melaju dan membuat kami sedikit terguncang. Ketika ombak mulai menyapa, keceriaan hari itu pun terasa makin lengkap.
Setelah puas naik Katinting dan bermain dipantai, Mas Nas, guru mengaji kita, juga tak lupa mengajak kita jepret-jepret *g’ banyak kok:D untuk oleh-oleh Mas Udi yang akan di bawa ke pondok pesantren. Tak terasa sang surya semakin meninggi. Ternyata waktu dzuhur sudah tiba . Dengan sedikit merasa tak ingin, aku dan teman-teman yang lain pun bergegas meninggalkan pantai *yahh sedih sih. Tapi kami tetap bersyukur karena masih bisa liburan dan bersenang-senang hari ini. (Ita dan Kiki)
*Katinting = perahu kecil yang biasanya memuat 7-10 orang
GALERI | OUTBOND SANTRI TPA PALUPI
Tentang Celana Cingkrang or Ngatung
Celana cingkrang or Ngatung
“Eh, kenapa sih warga LDII laki-lakinya kalau bercelana atau bersarung suka cingkrang?” Kira-kira begitu yang sering terdengar takala seseorang berkomentar mengenai cara berpakaian warga LDII yang hampir setiap hari mengadakan kajian baik Al Qur’an maupun Al Hadits ini.Tidak jarang beberapa orang yang dengan nada enteng dengan setengah mencibir berkata “Mas, kebanjiran ya? Apa takut cacing”, namun bagi warga LDII sindiran-sindiran semacam itu sudah biasa, warga LDII sangat memaklumi bahwa tidak semua orang tahu dan faham untuk mengamalkan hukum-hukum yang ada di dalam Al Qur’an dan Al Hadits. Boleh jadi ada yang tahu mengenai hukum berpakaian tetapi untuk faham dan berani mengamalkannya adalah sesuatu yang berbeda.
Warga LDII dalam mengkaji hukum-hukum tersebut tidak cukup sebatas sampai tahu saja tetapi benar-benar difahami dan diamalkan, dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari, begitu juga dengan hukum berpakaian ini.
Dari Ibnu Umar ra, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa memanjangkan pakaiannya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya kelak di hari kiamat.” Kemudian Abu Bakar rabertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya sarungku melebihi mata kaki, kecuali aku menyingsingkannya.” Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Kamu bukan termasuk orang yang melakukan hal itu karena sombong.” (HR. Al Bukhari dan sebagiannya diriwayatkan Muslim)
Hadits ini yang banyak dijadikan hujjah untuk boleh bercelana nglembreh; yang penting tidak sombong. Padahal kalau mau lebih cermat lagi, kunci hadits di atas adalah perkataan Abu Bakar menyingsingkan. Namun kalau masih bersikukuh asal tidak sombong bolehlah. Daripada bertengkar, coba kita tengok yang satu ini.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: “Suatu ketika ada seseorang shalat dengan memanjangkan kain sampai di bawah mata kaki. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepadanya, “Pergilah dan berwudhulah.” Lalu ia pergi dan berwudhu. Kemudian ia datang dan Nabi bersabda, “Pergilah dan berwudhulah.” Kemudian ada seorang laki-laki bertanya kepada beliau, “Ya Rasulallah, kenapa Anda menyuruhnya untuk berwudhu lalu Anda diamkan?” Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Karena ia shalat dengan memakai kain sampai di bawah mata kaki; Sesungguhnya Allah tidak akan menerima shalat seseorang yang memakai kain sampai di bawah mata kaki.” (HR. Abu Dawud dengan isnad Shahih sesuai syarat Muslim)
Nah, kalau sholatnya tidak diterima karena celana nglembreh, terus bagaimana? Padahal semua tahukan, sholat adalah amalan paling pol dan pertama ditanya nanti di hari Qiyamat. Gara – gara kita memakai pakaian nglembreh terus sholat gak diterima, wassalam sudah. Bagi yang penasaran boleh juga membaca komentar Imam al-Buwaithi dari al-Syafi’i dalam Mukhtasharnya. Ia berkata, “Isbal dalam shalat maupun di luar shalat karena sombong dan karena sebab lainnya tidak diperbolehkan. Ini didasarkan pada perkataan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu.” Wuih teges banget imam ini. Di sudut sana ada yang berkilah, kan kalau sholat dilinting (dinaikkan) celananya? Baik, kita baca yang satu ini.
Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallambersabda,”Kain (sarung/pakaian) seorang muslim adalah sampai pertengahan betis. Dan tidaklah berdosa jika ada di antara betis dan dua mata kaki. Adapun yang sampai di bawah kedua mata kaki, maka ia berada di neraka. Siapa yang menjulurkan kainnya di bawah mata kaki dengan sombong, maka Allah tidak akan melihatnya.” (HR. Abu Dawud dengan isnad shahih)
Berhubung hadits ini masih ada kata – kata sombong, maka terkesan kurang afdhol. Karena akan mirip dengan yang atas. Sekarang kita simak yang singkat ini.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda,”Apa-apa yang berada di bawah mati kaki itu berada dalam neraka.” (HR. Al-Bukhari).
Nah, kalau tiga hadits ini belum menyentuh hati, ya sudah. Gak apa – apa. Hidup adalah pilihan, dalam arti semua nanti akan dipertanggungjawabkan masing – masing. Tidak perlu kita geger masalah cingkrang ini, cukup tahu sama tahu. Kalau mau mengikuti ya syukur, kalau tidak ya diri sendirilah yang menentukan. Bahkan Imam Muslim dalah Shahihnya menerangkan dengan tegas larangan/haramnya isbal (menjulurkan kain di bawah mati kaki) ini.
“Bab: Keterangan beratnya keharaman menjulurkan kain (di bawah mata kaki;- disebut Isbal-), mengungkit-ungkit pemberian, menjual barang dagangan dengan sumpah palsu adalah tiga golongan yang mereka tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, Allah tidak akan melihat mereka dan menyucikan mereka, dan bagi mereka siksa yang pedih.”
Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda: “Tiga orang yang bakal tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, Allah tidak akan melihat dan menyucikan mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih.” Abu Dzar berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membacanya sebanyak tiga kali”. Abu Dzar berkata, “Kecewa benar mereka dan sangat merugi. Siapakah mereka itu ya Rasulallah?” Beliau menjawab, “Yaitu orang yang menurunkan kain di bawah mata kaki (musbil), orang yang suka menyebut-nyebut pemberiannya (al-Mannan), dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR Muslim)
source:ldii.or.id
Beberapa Nasihat seOrang Luqman Untuk Buah Hatinya
Untaian Nasihat Luqman Untuk Anaknya
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”. (Luqman :3).
SIAPAKAH LUQMAN ?
Menurut Ibnu Katsir, luqman adalah Luqman bin Anqa bin Sadun.
Luqman adalah seorang wali Allah yang thaat, shalih, dan bijaksana, yang telah dikaruniakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala berbagai keutamaan, berupa kecerdasan akal, kedalaman pemahaman, sifat yang tenang, serta dikarunia ilmu hikmah yang tinggi.
Sebagai seorang ayah yang telah dikaruniai Allah Subhanahu wa Ta’ala sifat bijaksana dan kemampuan berkata-kata dengan kedalaman makna dan penuh hikmah, Luqman memberi nasihat sangat berharga untuk buah hatinya yang sangat ia sayangi.
1. Tidak menyekutukan Allah.
Luqman menasihati anaknya agar tidak menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sesuatu apapun, karena syirik merupakan kezhaliman yang amat besar.
Karena dalam perbuatan syirik ini tidak ada suatu pun perbuatan dosa yang paling besar dan buruk daripada dosa menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan makhlukNya, dosa menyamakan derajat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Sempurna dan Yang Maha berhak untuk disembah karena kesempurnaan sifat-sifat-Nya; dengan makhluk-Nya yang sarat kekurangan dan kelemahan.
Oleh sebab itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengampuni dosa seseorang yang berbuat syirik, jika ia sampai mati dalam keadaan belum bertaubat dari perbuatan syiriknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (Qs. an Nisa : 48).
Ayat di atas memberikan isyarat yang jelas kepada para ayah atau orang tua, para ustadz ustadzah, mubalegh mebaleghot, guru, pengajar agar mereka menasihati anak anak sejak dini, yaitu dengan menanamkan dan memahamkan serta mengajarkan prinsip-prinsip dasar keIslaman dan keimanan, berupa aqidah atau tauhid. Hal ini pun telah dicontohkan oleh seorang ayah, pembimbing, dan guru yang terbaik, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , tatkala beliau menasihati sepupunya, Abdullah bin ‘Abbas yang saat itu umurnya masih sangat belia.
‘Abdullah bin ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma berkata, yang artinya: Pada suatu hari, aku pernah dibonceng oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan beliau bersabda: “Wahai nak, sesungguhnya aku ingin mengajarkan kepadamu beberapa kalimat; ‘Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati-Nya di depanmu. Jika kamu ingin meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan jika kamu ingin memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya jika seluruh umat bergabung untuk memberikan sebuah manfaat kepadamu, mereka semua tidak akan bisa memberikan manfaat itu kecuali jika Allah telah menetapkannya untukmu. Dan jika mereka semua bergabung untuk memberikan sebuah madharrat/bahaya kepadamu, mereka semua tidak akan bisa memberikan madharrat/bahaya itu kecuali jika Allah telah menetapkannya (pula) untukmu. Pena telah diangkat, dan buku catatan (amal) telah kering’.”[HR at-Tirmidzi 4/667]
2. Wajib berbakti dan thaat kepada kedua orang tua selama perintahnya tidak maksiat.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman :14-15)
Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika thaat dan berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap anak. Tentunya, kewajiban tersebut berlaku selama bakti dan ketaatan terhadap perintah mereka berdua tidak menyelisihi atau menyalahi syariat agama. Hal ini banyak diterangkan dalam Al Quran maupun hadits-hadits shahîh, di antaranya sebagaimana firman Allah :
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۖ وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۚ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (al Ankabut : .
Oleh karena itu, bagaimanapun keadaan orang tua, kita diwajibkan oleh Allah untuk thaat dan berbakti kepada mereka, selama perintahnya bukan merupakan maksiat kepada Allah dan RasulNya.
Sehingga, jika orang tua memerintahkan kita untuk bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajiban untuk menthaatinya.
3. Adanya hari pembalasan.
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (Luqman : 16).
Pada ayat ke-16, Luqmân kembali menasihati putranya, bahwa sekecil apapun perbuatan seseorang, baik berupa kethaatan maupun kemaksiatan, pasti Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membalasnya. Perbuatan baik, maka balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala pun baik. Jika perbuatan tersebut buruk, maka balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala pun demikian.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun, dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya, dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan. (al Anbiya : 47).
4. Menegakkan Shalat, amar ma’ruf nahi munkar dan sabar ketika mendapat musibah
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Luqman : 17).
Luqman memerintahkan anak untuk sholat sejak dini, sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ .
Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika tidak mau melakukan shalat) ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkan mereka dalam tempat tidur. HR Abu Dawud (1/187 no. 495)
5. Jangan sombong, angkuh dan membanggakan diri
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Luqman : 18).
Dalam ayat lain, Allah berfirman:
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (al Isra : 37).
Dan sungguh, nasihat Luqman ini pun telah diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk kita, seperti ditunjukkan beberapa hadits Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ»، قَالَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُوْنَ ثَوْبُهُ حَسَناً، وَنَعْلُهُ حَسَنَةً، قَالَ: «إِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يَحِبُّ الْجَمَالَ، الكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak (akan) masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sekecil dzarrah dari kesombongan”. (Kemudian) ada seorang yang berkata: “Sesungguhnya seseorang senang jika bajunya bagus dan sendalnya bagus,” (maka) Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah, dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain”. HR Muslim (1/93 no. 91)
6. Agar tawadhu, tenang dan tidak meninggikan suara.
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Luqman : 19).
Pada ayat ke-19, Luqman juga menasihati putranya untuk tawadhu’ (rendah hati), tenang, tidak tergesa-gesa dan tidak terlalu lambat dalam berjalan. Dia juga menasihati anaknya untuk tidak berlebih lebihan dalam berbicara, dan tidak meninggikan suara untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya pada pembicaraan tersebut. Sampai-sampai Luqman mengumpamakannya dengan suara keledai yang buruk.
Ibnu Katsîr berkata: “Seburuk-buruk perumpamaan orang yang meninggikan suaranya adalah bagaikan keledai dalam ringkikannya.
Selain itu, suara ini pun dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala “.
Semoga Allah paring manfaat dan barokah.
source:wargaldii