Admin

Wapres Maruf Amin Ajak LDII Bersama Atasi Dampak Covid-19

JAKARTA, 05/09 – Wapres RI, Ma’ruf Amin, menerima audiensi DPP LDII yang dipimpin Pj Ketua Umum Chriswantos Santoso. Dalam pertemuan itu Ma’ruf Amin memberikan beberapa arahan dan masukan bagi LDII.

Dalam pertemuan itu, Ma’ruf Amin menjelaskan prioritas mengenai pembangunan sumber daya manusia, melanjutkan pembangunan infrastruktur, penyerdehanaan regulasi, reformasi birokrasi, dan transformasi ekonomi.

Pada saat pandemi Covid-19 ini, Ma’ruf Amin menambahkan, pemerintah fokus pada tiga hal yaitu penanggulangan dampak Covid-19 pada kesehatan, penanggulangan dampak Covid-19 pada ekonomi dan sosial, serta penerapan protokol kesehatan.

“Sampai hari ini, untuk penerapan protokol kesehatan, belum bisa berjalan secara masif dan dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat. Untuk ini masih diperlukan sosialisasi, edukasi, dan pengawasan masif di lapangan. Penerapan protokol kesehatan ini ada pada masyarakat,” ujar Ma’ruf Amin.

Ia berharap, tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat, termasuk ormas keagamaan seperti LDII, membantu pemerintah. Karena ini juga bagian dari agama, “Agama Islam mengajarkan bahwa jangan membayakan diri dan orang lain termasuk keluarga kita tentunya. Ketidakpatuhan kita pada protokol kesehatan bisa membahayakan diri kita dan orang lain,” ujar Ma’ruf Amin.

Untuk LDII, Wapres RI beharap, LDII bisa membantu dalam melayani masyarakat, sebagai tanggung jawab ormas pada bidang kebangsaan dan kenegaraan. Selain itu, ormas juga diharapkan mempunyai tanggung jawab dalam bidang keagamaan dan keummatan.

Sependapat dengan Ma’ruf Amin, untuk membantu pemerintah Pj Ketua Umum DPP LDII memaparkan delapan bidang program kerja LDII, yang meliputi Wawasan Kebangsaan, Keagamaan dan Dakwah, Pendidikan, Ketahanan Pangan dan Lingkungan, Ekonomi Syariah, Kesehatan dan Herbal, Energi Terbarukan, dan Teknologi Informasi.

Menurut Chriswanto Santoso, delapan bidang tersebut sebagai salah satu kontribusi LDII kepada bangsa dan negara. “Sebagai salah satu contoh untuk Wawasan Kebangsaan, LDII telah melakukan FGD dan beberapa kegiatan untuk mengokohkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Untuk dakwah di mana sebagai lembaga dakwah, LDII tidak hanya melakukan dakwah kepada khalayak umum tetapi juga kepada kelompok masyarakat marjinal seperti kepada sekelompok suku terasing di Sulawesi Tengah, pada komunitas penderita kusta dan kelompok penyandang tuna rungu dan wicara di Jawa Timur, dan kepada narapidana di salah satu lembaga pemasyarakatan di Sulawesi Selatan.

Ada pun untuk bidang kesehatan, misalnya, kami mendorong dan memanfaatkan obat herbal yang merupakan obat tradisional dan kita memiliki sumber daya yang melimpah untuk herbal ini, karena itu, ini salah satu upaya dalam meningkatkan imunitas tubuh dan ini termasuk bagian dari pencegahan dan penanggulan terhadap pandemi virus Covid-19,” jelas Chriswanto Santoso disela-sela pemaparannya kepada Wapres RI.

Chriswanto Santoso menambahkan juga beberapa kegiatan LDII dalam rangka membantu pemerintah di bidang pencegahan dan penganggulangan dampak Covid-19. “DPP LDII telah menyelenggarakan webinar tentang pencegahan dan penanggulangan Covid-19 di pondok-pondok pesantren bekerja sama dengan perwakilan Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama, dalam perwakilan pondok pesantren di berbagai wilayah Indonesia, termasuk dengan Asosiasi Pesantren NU, Rabithah Ma’ahid Islamiyah.

Harapannya webinar ini sebagai salah satu upaya mensosialisasikan bagaimana penerapan protokol kesehatan di lingkungan pesantren dan membekali para pengelola dan santri pondok tentang pengetahuan dan wawasan terkait pandemi Covid-19. Nara sumbernya selain dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama, juga ahli pandemi dari Universitas Griffith, Australia,” ungkap Chriswanto Santoso

Ma’ruf Amin menghargai delapan program kerja LDII tersebut, “Delapan program yang dipaparkan Pak Chriswanto tadi itu merupakan bagian memperbaiki umat. Itu tanggung jawab bidang keagamaan dan keummatan. Harapan saya, ormas-ormas itu tidak hanya melakukan pertemuan-pertemuan tapi juga melakukan perbaikan,” ujar Ma’ruf Amin.

Ia meminta LDII dan ormas Islam lainnya memunculkan pusat-pusat perbaikan di beberapa titik. Pondok pesantren bisa menjadi salah satu pusat perbaikan itu, “Baik perbaikan bidang ahlak, perbaikan ekonomi misalnya membantu kaum dhuafa, juga perbaikan kualitas SDM umat agar mampu berkompetisi, dalam hal ini melalui pendidikan,” ujar Ma’ruf Amin.

Ma’ruf Amin memberikan apresiasi atas program dan kegiatan yang sudah dilakukan LDII. “Saya berharap program-program yang dipaparkan Pak Chriswanto itu agar terus dilanjutkan. Sehingga program-program itu merupakan partisipasi ormas dalam pembangunan bangsa dan negara,” ujar Ma’ruf Amin.

Selain itu, Ma’ruf Amin berharap agar ormas juga berpartisipasi dalam membangun kesatuan umat. “Sekarang ada forum kerukunan antar umat beragama di tingkat provinsi dan kabupaten maupun kota, tapi belum ada forum seperti itu di tingkat pusat. Sementara selalu ada masalah yang merusak keutuhan umat dan kerukunan di antara umat beragama. Dan ancaman radikalisme, ekstremisme itu, masih ada. Karena itu, perlu kita mantapkan baik untuk pencegahan dan penanggulangannya,” ujar Ma’ruf Amin. (*)

Sulitkah Menjadi Profesor?

Oleh: Anton Kuswoyo, S.Si., M.T.
Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan dan Sistem Informasi, Politeknik Negeri Tanah Laut.
Ketua DPD LDII Kabupaten Tanah Laut.

Dalam sebuah Perguruan Tinggi (PT), kehadiran profesor sangat menentukan akreditasi PT tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika Rektor Universitas Lambung Mangkurat (Unlam), Profesor Sutarto Hadi menargetkan Unlam menghasilkan 10 profesor per tahun dalam rangka untuk meningkatkan akreditasi Unlam dari B menjadi A. Akreditasi tentunya menjadi ukuran kualitas sebuah perguruan tinggi.

Jabatan akademik profesor, merupakan jabatan sangat terhormat di semua perguruan tinggi di seluruh dunia. Profesor sangat berperan menghasilkan penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi baru. Bukan sekadar penemuan biasa, namun penemuan yang menghasilkan hak paten. Tentu ini bukanlah perkara mudah, sehingga jabatan profesor hanya cocok bagi dosen yang memiliki dedikasi tinggi terhadap ilmu pengetahuan.

Menurut Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 49 dijelaskan bahwa profesor merupakan jabatan akademik tertinggi. Bagi akademisi (dosen) menjadi profesor merupakan impian tertingginya. Perlu empat anak tangga untuk mencapai gelar profesor, yakni melalui jabatan fungsional Asisten Ahli, Lektor, Lektor Kepala, baru kemudian Profesor.

Syarat mutlak untuk menjadi seorang profesor adalah harus berpendidikan doktor (S3) yang linear keilmuannya dengan pendidikan sebelumnya. Pertanyaannya, seberapa sulitkah untuk meraih jabatan akademik profesor?

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 92 Tahun 2014 tentang petunjuk teknis pelaksanaan penilaian angka kredit jabatan fungsional dosen, dijelaskan pada pasal 10 bahwa untuk kenaikan jabatan akademik secara reguler dari Lektor Kepala ke Profesor hanya melalui tujuh syarat. Yakni, memiliki pengalaman kerja sebagai dosen tetap paling singkat 10 tahun; berpendidikan S3; paling singkat 3 tahun setelah memperoleh ijazah doktor (S3); paling singkat 2 tahun menduduki jabatan Lektor Kepala; telah memenuhi angka kredit; memiliki karya ilmiah yang dipulikasikan dalam jurnal ilmiah internasional bereputasi sebagai penulis pertama; dan memiliki kinerja, integritas, etika tata krama, serta tanggung jawab.

Dari tujuh syarat tersebut, hal yang paling penting adalah bagaimana mampu menembus publikasi internasional. Selebihnya adalah syarat yang bisa dipenuhi dengan mudah. Untuk menembus publikasi internasional, maka seorang dosen harus menghasilkan penelitian ilmiah yang berkualitas. Kunci utama bagi seorang dosen adalah produktif dalam penelitian dan publikasi (baca: menulis) hasil penelitian tersebut pada jurnal nasional maupun internasional.

Meneliti dan Menulis

Tidak bisa tidak bahwa dosen dituntut untuk bisa merancang dan melakukan penelitian ilmiah (meneliti), sekaligus terampil dalam menulis. Karier dosen adalah “career by research”. Artinya karier dosen itu harus ditempuh melalui penelitian (research). Semakin produktif dosen dalam penelitian semakin bagus kariernya, bahkan bisa segera mencapai puncak karier tertinggi yakni profesor.

Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand, Indonesia masih jauh tertinggal dalam hal penelitian yang terpublikasi pada jurnal internasional. Berdasarkan Indeks Scopus, saat ini Indonesia menempati urutan ke-11 di Asia dalam peringkat jumlah publikasi jurnal ilmiah internasional.

Scopus merupakan sebuah database indexing publikasi yang menjadi salah satu tolok ukur bonafidenya sebuah publikasi, sekaligus sebagai salah satu penyedia metrics publikasi di seluruh dunia. Sementara tiga negara tetangga sudah jauh di atas Indonesia. Singapura pada peringkat 7, Malaysia pada peringkat 8, dan Thailand berada di peringkat 9. Padahal dulu, tahun 80’an Malaysia belajar di kampus Indonesia, kini Malaysia justru melampaui kita. Berdasarkan Indeks Scopus, jumlah publikasi Indonesia per tahun 2013 hanya mencapai 25.481, bandingkan dengan Malaysia yang tembus pada angka 125.084.

Berkaca dari kondisi tersebut, maka kelemahan kita saat ini adalah masih rendahnya produktivitas di bidang penelitian dan publikasi internasional. Penelitian berkaitan dengan kreativitas dan inovasi, sedangkan publikasi berkaitan dengan kemampuan menulis. Dua hal ini yang penting untuk dikuasai setiap dosen, yakni meneliti dan menulis. Jika dua hal tersebut dimiliki oleh masing-masing dosen, maka jabatan profesor dengan sendirinya akan dapat diraih.

Namun jabatan profesor bukanlah tujuan utamanya. Yang lebih penting sebenarnya adalah apa yang bisa dihasilkan oleh setiap dosen dalam bidang iptek bagi kemaslahatan umat manusia. Memang tugas dosen tidak hanya mengajar layaknya guru. Tugas dosen adalah melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah dosen harus rajin mengumpulkan berkas/arsip seperti SK, surat tugas, karya ilmiah, sertifikat-sertifikat (pembicara, penyaji, moderator, dan lain-lain).

Bukan Tujuan Akhir

Laksana padi, semakin berisi semakin merunduk. Pepatah ini paling tepat untuk menggambarkan sosok profesor. Kita tahu bahwa profesor merupakan jabatan akademik tertinggi. Profesor adalah pakar di bidang ilmu tertentu. Kepadanya diberikan kehormatan akademik sekaligus tunjangan finansial yang lumayan. Namun, menjadi profesor bukanlah tujuan akhir.

Gelar profesor hanyalah bentuk pengakuan dan penghormatan, sementara esensinya adalah bahwa seorang profesor adalah mereka yang punya dedikasi tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan agama.

Hal yang sangat ironi terjadi adalah saat masih ada profesor yang terlibat kasus asusila dan narkoba di sebuah kamar hotel bersama mahasiswinya, atau yang terkena kasus suap SKK Migas.

Bahkan, di antaranya melakukan tindakan tidak terpuji untuk meraih gelar profesor, seperti plagiat, memalsukan ijazah, sertifikat dan sejenisnya. Tentu bukan profesor jenis ini yang kita inginkan. Tapi yang kita harapkan adalah profesor yang menganut ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk.

Profesor, sejatinya adalah yang bukan hanya mempunyai kepakaran terhadap bidang ilmu tertentu, tapi juga memiliki integritas, dedikasi, dan menjalankan nilai-nilai agama dalam setiap langkahnya. Yang tidak kalah pentingnya adalah selalu produktif dalam penelitian ilmiah dan publikasi jurnal internasional. Pada akhirnya nanti, peran profesor akan mengangkat martabat bangsa dan negara dalam komunitas internasional. Semoga PT di Kalimantan Selatan khususnya, mampu mencetak profesor-profesor baru tiap tahunnya. Profesor dari banua yang membangun untuk banua dan negeri tercinta, Indonesia. (*)

 

Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Sulitkah Menjadi Profesor?

Esai Tentang Sujud

Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang.

Ada sebuah pertanyaan sederhana yang menarik buat saya, walau mungkin saja tidak menarik menurut Anda. Pertanyaannya begini; ”Bagian salat mana yang paling Anda suka?” Pertanyaannya sangat jelas, walau mungkin tidak umum. Bagi yang tidak berkenan, maafkan kelancangan ini dan tidak usah repot untuk menjawab. Bagi yang berbaik hati dan mau berbagi, cobalah jawab dengan jujur sesuai pengalaman dan apa yang Anda rasakan selama ini, ketika mengerjakan salat. Jawabannya mungkin salah satu dari 2 pilihan berikut secara umum, yaitu; pertama suka semuanya, atau yang kedua menyebut salah satu saja seperti; rukuk, sujud, atau gerakan lainnya.

Saya pribadi menganggapnya menarik karena terkait masalah salat. Selain sebagai tiang agama, salat adalah pertamanya amalan yang dihisab di hari kiamat, sebelum amal lainnya. Dan semua mafhum itu. Sebenarnya bukan pertanyaannya yang menarik, tetapi pertanyaan lanjutan dibalik setiap jawaban yang diberikan. Itu yang menarik. Semua tahu tata cara salat dari takbiratul ihram sampai salam adalah rangkaian ibadah yang sangat penting. Mulai dari bacaan dan gerakan. Antara satu dengan yang lain saling berhubungan, berurutan dan tidak bisa dipisahkan atau ditinggalkan. Tapi, kenapa mesti ditanyakan ”yang paling disukai”, apa maksudnya? Itu yang perlu dicermati.

Dari sini mungkin kita mulai sadar, bagaimana salat kita selama ini. Pertanyaan ini tak lain dimaksudkan untuk menggapai kesempurnaan salat (hanggayuh kasampurnan). Jika memilih jawaban pertama; suka semuanya, itu menunjukkan dua hal. Bisa memang salatnya sudak baik, ihsan, atau sebaliknya tidak mau ambil risiko, biar tidak ketahuan salatnya seperti apa. Mudah-mudahan Anda tergolong orang yang pertama; yang salatnya sudah baik. Alhamdulillah. Bagi yang belum jangan berkecil hati. Masih banyak temannya, walau ngeri-ngeri sedap meneliti hadits yang satu ini.

عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ، قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلاَّ عُشْرُ صَلاَتِهِ تُسْعُهَا ثُمُنُهَا سُبُعُهَا سُدُسُهَا خُمُسُهَا رُبُعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا

Dari Ammar bin Yasir, dia berkata; ’Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda; “Sesungguhnya seseorang niscaya selesai dan tidaklah ditulis baginya, kecuali 1/10 salatnya, 1/9-nya, 1/8-nya, 1/7-nya, 1/6-nya, 1/5-nya, ¼-nya, 1/3-nya, ½-nya.” (Rowahu Abu Daud)

Jika memilih jawaban yang kedua; dengan menyebut salah satu gerakan dalam salat, juga akan dikejar dengan pertanyaan berikutnya; apa dasarnya? Kenapa? Saya sendiri, cenderung memilih jawaban yang kedua. Karena itu berarti memang sudah menemukan bagian shalat yang disuka dan itu sangat bagus sebagai titik awal untuk memacu menyempurnakan gerakan salat lainnya. Sebab memang disebutkan demikian dalam haditsnya, tanpa bermaksud menyalahkan atau meremehkan lainnya. Simaklah nash tua berikut ini;

عَن أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ “‏ أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ” ‏

Dari Abu Huroiroh, sesungguhnya Rasululloh SAW bersabda: ”Lebih dekatnya seorang hamba kepada Tuhannya adalah ketika dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa.” (Rowahu Muslim)

Jika kita suka bagian sujud, kita akan berlama-lama dengan sujud. Dengan begitu, diharapkan bisa menarik untuk berbuat demikian dengan gerakan salat lainnya. Walau semua rangkaian salat itu penting, sesuai dalil ini, sujud punya nilai lebih dan sangat layak untuk disukai. Saking pentingnya, nanti di akhirat pun orang iman dimuliakan dan terlihat dari bekas sujudnya. Juga ada sujud-sujud lain di luar salat seperti sujud syukur dan sujud tilawah. Itulah istimewanya sujud. Dan ada aturan jelas yang bisa membuat kita semakin cinta dengan sujud, sebagaimana warisan tua berikut ini.

عَنِ الْبَرَاءِ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ كَانَ رُكُوعُ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَسُجُودُهُ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ وَبَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ قَرِيبًا مِنَ السَّوَاءِ‏.‏

Dari Al-Bara’ r.a., dia berkata; “Ada ruku’nya Nabi SAW, sujudnya, ketika mengangkat kepala dari rukuknya (I’tidal), dan duduk di antara dua sujudnya, hampir sama (lamanya).” (Rowahu Bukhari).

Sujud memang unik. Ia satu-satunya gerakan yang diulang dua kali dalam 1 rakaat, dimana wajah lebih rendah dari pantat dan mata kaki. Dengan wajah melekat ke bumi, di situlah Allah paling dekat dengan diri. Pesannya; ”Ketika kita rendah hati, kita berjumpa dengan Allah Yang Maha Tinggi.” Seiring dengan salah satu doa indahnya; ”Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi.” (*)

 

artikel ini sudah ditayangkan di www.ldii.or.id

 

Peserta Rapimnas LDII dari Sultra ikuti Acara di 9 Studio Mini

Kendari, 27/08. Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengikuti Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) LDII tahun 2020. Kegiatan Rapimnas yang diadakan secara virtual di Sultra diadakan sembilan titik studio mini yang ikuti berpartisipasi kegiatan nasional tersebut.

Menurut Ketua DPD LDII Provinsi Sulawesi Tenggara L.Kadir,SPd para peserta dan peninjau Rapimnas LDII dari Sultra mengikuti di 9 studio mini yang disiapkan. Diantaranya Studio mini Sekretariat DPW LDII Sultra di Kota Kendari, Studio mini DPD LDII Kota Kendari, Studio Mini LDII Kota Bau-bau, Studio Mini DPD LDII Kab.Buton Utara, Studio DPD LDII Buton Tengah, Sekertariat DPD LDII Kab. Konawe, Aula DPD LDII Kab. Kolaka, Studio mini  DPD LDII Kab. Wakatobi, dan Gedung Serbaguna PPG DPD LDII Kab. Muna.

“Alhamdulillah kami dari Sultra dapat mengikuti acara 19-20 Agustus tersebut dengan lancar dan barokah. Pelaksanaan secara online ini sangat bergantung pada jaringan internet, alhamdulillah tidak ada kendala berarti. Dalam pelaksanaan di studio-studio mini peserta kami batasi jumlahnya agar bisa berjarak dan kami wajib menggunakan masker,” ujar L.Kadir yang didampingi Sekretaris DPW LDII Prov.Sultra La Sada.

Rapimnas yang digelar untuk memilih Penjabat (Pj) Ketua Umum usai Ketua Umum yang sebelumnya, Prof Dr KH Abdullah Syam, wafat pertengahan Juli yang lalu. Pj Ketua Umum terpilih, Ir. H. Chriswanto Santoso, M.Sc., diberi amanah untuk menggelar musyawarah nasional (Munas) tahun 2021 mendatang dan melanjutkan program kerja DPP LDII.

Atas terpilihnya Pj. Ketua Umum yang baru, L Kadir atas nama warga LDII Sulawesi Tenggara mengatakan akan mendukung langkah-langkah DPP LDII ke depan. “Kami siap mendukung dan mensukseskan progam-program kerja DPP LDII. Semoga LDII makin berkembang, berbuah dan berbarokah sehingga makin bermanfaat bagi umat,” harap Kadir.

“Semoga Allah memberikan kesuksesan atas amanah yang diberikan kepada Ir. H. Chriswanto Santoso M.Sc. Kami berdoa agar Pak Chris diberikan kesehatan, kekuatan, kesabaran dan kemudahan dalam menahkodai LDII,” ujar L.Kadir.  [kusdin/d86]

Terpilih Sebagai Pj Ketua Umum LDII, Chriswanto Didoakan Sukses Jalankan Amanah

BALIKPAPAN, 27/08 – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) LDII sukses menggelar Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) tahun 2020 dalam jaringan (daring-online) selama dua hari, 19-20 Agustus 2020 yang lalu. Rapimnas digelar untuk memilih Penjabat (Pj) Ketua Umum LDII usai Ketua Umum yang sebelumnya, Prof Dr KH Abdullah Syam, wafat pertengahan Juli yang lalu. Pj Ketua Umum terpilih, Ir. H. Chriswanto Santoso, M.Sc., dipilih secara aklamasi oleh peserta Rapimnas LDII dan diberi amanah untuk menggelar musyawarah nasional (Munas) tahun 2021 mendatang dan melanjutkan program kerja DPP LDII sebelumnya.

Atas terpilihnya Pj. Ketua Umum yang baru, Ketua DPD LDII Kota Balikpapan H.Herry Fathamsyah mengatakan akan mendukung sepenuhnya langkah-langkah DPP LDII ke depan dan mensukseskan progam-program kerja  LDII sebelumnya sesuai dengan amanat di daerah. “Semoga Allah memberikan kesuksesan atas amanah yang diberikan kepada Ir. H. Chriswanto Santoso M.Sc. Secara organisasi kami mengenal baik Pak Chris yang merupakan Korwil DPP untuk Kalimantan Timur, jadi Pak Chris secara rutin mendatangi Kaltim untuk melakukan pembinaan dan konsolidasi. Semoga Allah paring aman, selamat, sehat, lancar, berhasil dan barokah,” ungkap H Herry.

Ungkapan terima kasih dan syukur disampaikan H Herry Fathamsyah atas dukungan moril kepada Walikota Balikpapan H Rizal Effendi dan Kapolresta Kombes Pol. Turmudi, yang diwakili oleh Wakapolresta AKBP Sebril Sesa. Mewakili jajaran pengurus harian, H Herry Fathamsyah juga bersyukur atas terselenggaranya Rapimnas dengan selamat dan sukses, serta syukur kepada panitia lokal yang telah bekerja keras mensukseskan jalannya acara.

“Alhamdulillaah, terima kasih kepada Bapak Rizal Effendi dan Kombes Turmudi, Rapimnas LDII 2020 secara online telah berjalan lancar di berbagai wilayah, juga termasuk Balikpapan,” ungkapnya.

“Khusus kepada peserta di Balikpapan, Kami dari Pengurus DPD LDII bersyukur yang telah diarahkan oleh Wanhat dan di-support oleh SDC (Senkom Digital Communication), dekorasi asesoris, Gugus Covid 19, Senkom Mitra Polri, LDII News Network, SMA-IT TSG yang cukup baik dan membuat peserta nyaman. Atas semuanya ini kami mengucapkan terima kasih atas kerjasamanya, kerja kompaknya teriring doa, Alhamdulillaah Jaza Kumullohu Khoiro. Aamiin,” ungkapnya syukur. (sa/lines balikpapan/d86)