LDII News Network (LINES) mengadakan pelatihan jurnalistik untuk generasi muda DPD LDII Kota Depok. Acara tersebut selain membuka LINES Depok, juga memberi “pemahaman” mengenai media atau media literacy.
Menurut lembaga riset pasar e-Marketer, populasi netter di Indonesia mencapai 83,7 juta orang pada 2014. Angka ini bakal mencapai 112 juta pada 2017 mendatang. Artinya, pertukaran informasi kian luas dan melibatkan ratusan juta orang. “Dengan adanya internet, berbagai informasi mudah disebar. LDII dalam dakwahnya tentu saja membutuhkan internet, karena sekali berdakwah bisa menjangkau khalayak yang lebih luas,” ujar Sekretaris DPD LDII Kota Depok Supriyono Agung.
Ratman Latief berharap dengan adanya pelatihan jurnalistik, generasi muda LDII dapat mengisi internet dengan berbagai hal yang positif. Sementara itu Muhammad Rosyid Setiadi Koordinator Divisi Kemandirian PPG DPD LDII Kota Depok, yang juga ketua panitia, menargetkan generasi muda LDII Kota Depok dapat bergabung dengan LINES, untuk bersama-sama cabang LINES di tujuh kota lain di Indonesia. Untuk berbagi informasi, memberitakan berbagai kontribusi LDII terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, “Islam sebagai agama mayoritas penduduk Indonesia, haru memberi kontribusi positif, untuk itu harus diberitakan agar menjadi inspirasi bagi rakyat Indonesia di berbagai pelosok tanah air,” papar Rosyid.
Acara yang digelar pada Sabtu dan Minggu, 21-22 Maret 2015 di Gedung Serbaguna Masjid Baitul Faqih, Kalimulya Depok ini terlaksana berkat kerja sama DPD LDII dan Penggerak Pembina Generus (PPG). Pelatihan ini menghadirkan Pemimpin Redaksi LINES, Ludhy Cahyana yang juga wartawan Beritasatu News Channel, Kameramen Trans7, Adi Wijaya, Departemen Komunikasi, Informasi, dan Media Massa DPP LDII, Eko Mugianto yang juga kru redaksi Majalah Nuansa Persada, serta Riyan Hidayat kru LINES. Mereka dibantu Wakil Pemimpin Redaksi LINES, Yusuf Wibisono, dan beberapa kru LINES di antaranya Noni Mujiani, Retno, dan Khoiruddin.
Mereka menyampaikan dasar-dasar jurnalistik meliputi jurnalistik media cetak dan online, serta jurnalistik televisi. “Kami berharap dengan berdirinya LINES Depok, masyarakat mengenal dan mengetahui berbagai kegiatan LDII, dan LDII Depok khususnya. Ini menjadi amal jariyah kawan-kawan karena mereka berdakwah melalui tulisan,” ujar Ludhy Cahyana.
Sulitnya Bertanya
Dalam pelatihan tersebut diajarkan bagaimana menjadi seorang wartawan yang baik dalam membuat berita. Sebab dalam jurnalistik, tidak hanya sekedar mencari informasi kemudian dituangkan ke dalam bentuk tulisan atau foto. Jurnalis atau yang lebih dikenal dengan wartawan, harus mengenali informasi yang layak berita, bagaimana wawancara yang baik, etika ketika berhadapan dengan narasumber, dan membiasakan diri banyak membaca.
Menurut Ludhy, bertanya lebih sulit daripada menjawab. Membuat pertanyaan tidak akan mudah jika tidak mengetahui akar permasalahan topik yang dibahas. Di hadapan sekitar 30 peserta pelatihan, Ludhy berpendapat, tidak ada media yang seratus persen benar. Karena itulah para pencari berita dituntut harus banyak membaca, menggali informasi dari berbagai sumber sehingga dapat memperkuat topik yang dijadikan berita.
Terlebih lagi, setiap narasumber memiliki karakter berbeda-beda. Dalam hal mengajukan pertanyaan, wartawan dilarang mengintimidasi narasumber. Disarankan, alangkah baiknya bersikap seolah tidak tahu, sehingga mendapat lebih banyak informasi dari narasumber. Jangan sampai, wartawan yang seharusnya mendapat berita penting malah ‘terusir’ oleh narasumber hanya karena kurang memiliki sikap yang baik. Nilai kesopanan harus diutamakan sehingga antara wartawan dan narasumber terjalin hubungan baik.
Ludhy mendefinisikan berita adalah proses rekonstruksi fakta sosial kepada fakta media. Berita yang dibaca, ketika mengalami rekonstruksi sudah bukan berita yang sebenarnya. Karena itu disarankan, jangan membaca hanya pada satu media. “Berita, tidak boleh ada opini di dalamnya. Ketika di lapangan, para wartawan harus mencari akar masalahnya dan harus netral. Hal ini berguna untuk menghindari berita yang bias,” ujar Ludhy.
Selain membuat berita, juga diajarkan cara menyampaikan berita di hadapan kamera, yang dibawakan oleh Eko Mugianto yang dulunya pernah berprofesi sebagai dubber. Sebelumnya, para peserta diarahkan untuk melatih vokal, artikulasi, dan intonasi pengucapan berita. Tujuannya, agar saat menyampaikan berita mudah dipahami yang menyimak berita. Jika teknik tersebut tidak diperhatikan, berita akan terasa hambar. Penting juga mengolah gestur atau sikap tubuh saat membacakan berita. Sehingga seolah-olah berita tersebut sangat mempengaruhi.
Sementara itu Riyan Hidayat menyampaikan materi foto jurnalistik. Fotografi dalam jurnalistik sangat penting sebab menjadi pendukung berita tulis. Para jurnalis foto harus memahami berbagai teknik foto yang baik dan menemukan angle terbaik sehingga hasilnya memiliki nilai berita. Jika tidak ada foto atau gambar, berita tulis tidak akan ada artinya. Demikian juga dalam hal pengambilan gambar video. Adi Wijaya kameramen Trans7 mengajarkan berbagai teknik pengambilan visual dan editing. Menurut Adi, kekuatan berita televisi terdapat pada visual. Seorang kameramen, harus mampu membuat berita atau film dokumenter tidak membosankan. Meskipun alurnya runut, namun angle kamera yang beragam, membuat penonton betah berlama-lama menikmati informasi yang disajikan.
Para pemateri berpesan, bila suatu saat di antara generasi muda di Depok menjadi seorang wartawan, mereka bukan hanya memiliki profesionalitas yang mumpuni, namun memiliki kepribadian yang baik. Sebagaimana LDII yang selalu menekankan warganya, untuk menjadi pribadi yang profesional religius. (Noni/LINES)